#Keping6; Tiga Sekawan Penebar Kebaikan
(edisi Kau Melukis Aku)
Terlalu
banyak trio di Insan Cendekia. Mulai dari trio Sedekep-nya Pak Ipik, trio kwek-kwek
Farida-Atrika-Almyra, trio kwok-kwok (saingan trio kwek-kwek)
yang terdiri dari Afif-Hafi-Yusqi, trio Winong Power Lya-Ilen-Jojo, hingga trio
Cinderella dari 102 H.
Namun di
antara semuanya, aku akan memilih satu trio yang menginspirasiku sekaligus
membuatku iri pada mereka; TRIO CONQUERA. Siapa yang tidak mengenal trio ini?
Trio yang beranggotakan dua pria beranjak dewasa—Muhammad Zhofir dan Zidnal
Mafaz—dan satu yang masih imut-imut—Muhammad Ajrurridho ini menaruh kesan
mendalam padaku akan arti persahabatan.
Pertemanan
mereka dimulai sejak kelas X, ketika mereka masih berada di bawah naungan
divisi OSIS yang sama, divisi Iman dan Takwa. Dulu, yang kutahu dari mereka
ialah mereka merupakan para penghafal Alquran. Bahkan salah satunya sudah
bergelar hafizh. Namun saat itu, aku masih belum tahu yang mana yang telah menyelesaikan
hafalannya.
Seiring
berjalannya waktu, aku mulai mengenal mereka lebih jauh. Mafaz dan Ridho
merupakan teman segabungan kelasku di kelas X. Kemana-mana seringnya berdua.
Kalau dilihat-lihat, mereka jadi seperti bapak dan anak. Sedang Zhofir, aku
belum terlalu mengenalnya. Yang kuingat ialah peci birunya yang tinggi seperti
kue.
Satu hal
yang paling kukagumi dari mereka adalah kecintaan mereka terhadap Alquran. Ada
saja yang mereka lakukan agar Axiora lebih dekat dengan Alquran. Siapapun ketua
angkatannya, untuk urusan khotmil Qur’an, pasti mereka yang
mengarturnya.
Pun dengan
program one day one juz-nya anak ikhwan. Setahuku, Ridho pencetusnya.
Melihat kertas yang ditempel di pintu kiri masjid dan berisikan pembagian juz
dalam program ODOJ tersebut membuatku berpikir, duh, anak akhwat bisa gak ya
melakukan hal serupa.
Kelas
tahsin ikhwan yang berjalan setiap Sabtu malam pun aku yakin mereka yang
mencetusnya. Mungkin ditambah Bapak Ketua Suku Haris Abdul Majid yang membantu merencanakan
dan melaksanakan programnya. Mereka bertiga—Zhofir, Mafaz, dan Ridho—menjadi musyrif
atau guru dalam kelas tahsin tersebut, ditambah Haris, Ivan dan Amil.
Mereka
bertiga merupakan imam Masjid Ulil Albab dari Axiora generasi pertama. Dari
ketiganya, yang suaranya paling kusuka adalah Ridho. Imam Kamis subuh tersebut
bacaannya fasih dan lantang. Salah satu yang membuatku semangat pergi ke masjid
saat Kamis subuh, hehe.
Masing-masing
dari mereka mempunyai keunikannya sendiri. Zhofir, tentu dikenal sebagai qari
terbaik dari Axiora. Suaranya saat mengaji sungguh merdu. Kalau sudah
menghayati bacaannya, siapa saja bisa meneteskan air mata saking indahnya.
Selain suaranya yang sangat merdu saat melantunkan ayat suci Alquran, kalau
sudah berpidato, kata-katanya bisa sangat indah dan puitis. Terbukti di setiap
kumpul angkatan dan saat wisuda lalu. Salah satu kalimat favoritku yang dibaca
oleh ketua angkatan selamanya Axiora ini adalah, “Hakikatnya semua takdir Allah
itu Indah, namun kadang jalan menuju keindahan itu tak begitu indah. Yakinlah
semua jalan yang tak begitu indah sebenarnya indah, namun apadaya hati ini
sangat lemah dan tak berdaya untuk peka dan merasa pada keindahan yang begitu
indah.”
Anggota
trio Conquera tidak selamanya bersikap serius, kok. Di antara mereka,
ada yang jago stand up comedy. Ridho, selain ahli dalam sejarah Islam,
ia juga ahli dalam membuat orang lain tertawa. Guyonan khasnya sering
kali membuatku tertawa. Entah karena aku yang receh atau apa. Selain
itu, perawakannya yang masih imut terkadang membuat beberapa anak akhwat ingin
menjadikannya gantungan kunci. Hehe. Namun, bila Ridho sedang mengaji, suara
merdunya terdengar, hingga ke barisan akhwat. Aku paling suka bila ia sudah
membaca dengan nada tinggi. Keren. Asli keren banget. Dibalik hobinya
yang senang bercanda, Ridho termasuk orang yang sangat tegas. Jangan pernah
main-main dengan ketegasannya. Terlebih dalam masalah peraturan. Dan tahukah, Ridho
mempunyai bakat terpendam menjadi boyband, lho. Saat pentas seni
The Voyage lalu, ia menari ala boyband yang membuat Gedung Serba Guna
penuh oleh teriakan wanita. Aku saja sampai dibuat kelepek-kelepek
karenanya, ehehehehe.
Yang
terakhir, Mafaz. Di antara ketiganya, bisa dibilang ia yang paling pendiam. Terlihat
jarang berbicara, tapi selalu mempunyai sejuta pikiran di dalam kepalanya. Di
balik pendiamnya, sebenarnya ia sering dimintakan nasihat oleh teman-temannya. Mungkin
nasihat tentang fikih sehari-hari. Mungkin juga nasihat dan tips menghafal
Alquran dari hafizh-nya Axiora ini. Atau mungkin juga nasihat mengenai dunia
masa depan, dunia pernikahan. Hehe. Mafaz sendiri menjadi salah satu tempatku
bertanya masalah fikih dan ibadah, selain Haris dan Amil. Dibalik pembawaannya
yang tenang, jawaban bijak selalu terucap dari bibirnya. Satu ciri khasnya jika
diajak berbicara. Senyuman selalu tersungging dari bibirnya. Tak jarang pula ia
tertawa. Harus kuakui, receh-nya nggak ketulungan. Walau terkadang,
suaranya yang terlalu lembut membuatku selalu bertanya, “Hah?” setiap mendengar
omongannya. Entah memang suaranya yang kecil atau telingaku yang bermasalah. Mafaz,
salah satu anak ikhwan Axiora terbaik yang pernah kutemui. Kata Rizka, ia
adalah orang yang tidak mau menyakiti orang lain. Hani bilang, ia tidak pernah
berpikiran negatif terhadap orang lain. Satu dari sedikit alasan yang membuatku
kagum padanya.
Trio
Conquera tetaplah manusia biasa. Terkadang dihormati, tak jarang pula mereka kubully.
Zhofir si korban kekomporan nomor wahid, Ridho yang selalu kupanggil Oppa, dan
Mafaz yang paling sering kusuruh-suruh. Semoga aku tidak dihujat mereka ya
Allah. Hehe.
***
Kini, ketiganya
harus berpisah. Yang satu ingin menjadi dokter, yang satu lagi ingin menjadi
ahli geologi, dan yang terakhir sudah menjadi mahasiswa dirasah Islamiyyah.
Ketiganya menempuh jalan berbeda untuk menggapai cita-cita. Namun aku yakin,
persahabatan mereka akan terus terjaga. Karena aku tahu, mereka mempunyai satu
mimpi besar: Mencetak lebih banyak hafizh dan hafizhah dari Axiora.
Walaupun
Zhofir dan Ridho sekarang belum menjadi hafizh, tetapi ghiroh mereka
unuk menyelesaikan hafalan pasti sangat kuat. Mereka bertiga, bahkan,
merencanakan untuk membuat komunitas untuk para penghafal Alquran Axiora, agar
perkembangan usaha para calon hafizh dan hafizhah terlihat. Kalau kata Zhofir,
komunitas itu bertujuan untuk memonitor para calon hafizh dan hafizhah agar
mereka semangat dan berhasil menyelesaikan hafalannya. Masyaallah.
Jujur, aku
bersyukur mengenal teman seperti mereka. Trio Conquera telah menginspirasiku
dalam berbagai hal. Membuatku selalu berpikir, apakah kisah persahabatanku akan
seperti mereka? Ya, mereka menunjukkan
padaku arti sesungguhnya tentang persahabatan. Dilandasi keimanan, juga
kecintaan pada Alquran. Sehingga selalu menjadi pengingat akan kebaikan dan
kesabaran. Persahabatan seperti ini, surgalah yang akan menjadi tujuan. Allahu
akbar.
Kadang aku
berpikir. Indonesia butuh pemimpin seperti mereka. Walau berbeda profesi, tetap
satu visi-misi. Berakhlak Alquran, hingga mengqurankan rakyatnya. Aku yakin,
masing-masing dari mereka sudah memiliki mimpi mulia. Menjadi jawaban akan
permasalahan umat yang tengah terjadi saat ini.
Pesanku buat
Pak Ustad, Mas dokter, dan Oppa; Tetaplah menginspirasi, sekaligus memotivasi. Bersiaplah
menjadi ahli ilmu dunia yang terus menggaungkan nama Islam yang damai dan
sejahtera. Doakan aku juga, agar ilmu yang kuserap dari kalian akan berguna
nantinya. Dan jangan lupa, kalau kalian menikah, undang-undang aku ya. Aku
ingin tahu, siapakah wanita terbaik yang pantas mendampingi orang-orang hebat
seperti kalian (ceilah).
Terakhir.
Satu lagi pesanku! Zhofir, Mafaz, Ridho, jangan sering-sering makan mi, ya!
Tidak sehat. Huh.
![]() |
Akhirnya wisuda bisa foto sama mereka bertiga. Haha. |
0 comments