­

#Keping6; Tiga Sekawan Penebar Kebaikan

by - May 27, 2017

(edisi Kau Melukis Aku)

Terlalu banyak trio di Insan Cendekia. Mulai dari trio Sedekep­-nya Pak Ipik, trio kwek-kwek Farida-Atrika-Almyra, trio kwok-kwok (saingan trio kwek-kwek) yang terdiri dari Afif-Hafi-Yusqi, trio Winong Power Lya-Ilen-Jojo, hingga trio Cinderella dari 102 H.

Namun di antara semuanya, aku akan memilih satu trio yang menginspirasiku sekaligus membuatku iri pada mereka; TRIO CONQUERA. Siapa yang tidak mengenal trio ini? Trio yang beranggotakan dua pria beranjak dewasaMuhammad Zhofir dan Zidnal Mafaz—dan satu yang masih imut-imut—Muhammad Ajrurridho ini menaruh kesan mendalam padaku akan arti persahabatan.

Pertemanan mereka dimulai sejak kelas X, ketika mereka masih berada di bawah naungan divisi OSIS yang sama, divisi Iman dan Takwa. Dulu, yang kutahu dari mereka ialah mereka merupakan para penghafal Alquran. Bahkan salah satunya sudah bergelar hafizh. Namun saat itu, aku masih belum tahu yang mana yang telah menyelesaikan hafalannya.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai mengenal mereka lebih jauh. Mafaz dan Ridho merupakan teman segabungan kelasku di kelas X. Kemana-mana seringnya berdua. Kalau dilihat-lihat, mereka jadi seperti bapak dan anak. Sedang Zhofir, aku belum terlalu mengenalnya. Yang kuingat ialah peci birunya yang tinggi seperti kue.

Satu hal yang paling kukagumi dari mereka adalah kecintaan mereka terhadap Alquran. Ada saja yang mereka lakukan agar Axiora lebih dekat dengan Alquran. Siapapun ketua angkatannya, untuk urusan khotmil Qur’an, pasti mereka yang mengarturnya.

Pun dengan program one day one juz­-nya anak ikhwan. Setahuku, Ridho pencetusnya. Melihat kertas yang ditempel di pintu kiri masjid dan berisikan pembagian juz dalam program ODOJ tersebut membuatku berpikir, duh, anak akhwat bisa gak ya melakukan hal serupa.

Kelas tahsin ikhwan yang berjalan setiap Sabtu malam pun aku yakin mereka yang mencetusnya. Mungkin ditambah Bapak Ketua Suku Haris Abdul Majid yang membantu merencanakan dan melaksanakan programnya. Mereka bertiga—Zhofir, Mafaz, dan Ridho—menjadi musyrif atau guru dalam kelas tahsin tersebut, ditambah Haris, Ivan dan Amil.

Mereka bertiga merupakan imam Masjid Ulil Albab dari Axiora generasi pertama. Dari ketiganya, yang suaranya paling kusuka adalah Ridho. Imam Kamis subuh tersebut bacaannya fasih dan lantang. Salah satu yang membuatku semangat pergi ke masjid saat Kamis subuh, hehe.

Masing-masing dari mereka mempunyai keunikannya sendiri. Zhofir, tentu dikenal sebagai qari terbaik dari Axiora. Suaranya saat mengaji sungguh merdu. Kalau sudah menghayati bacaannya, siapa saja bisa meneteskan air mata saking indahnya. Selain suaranya yang sangat merdu saat melantunkan ayat suci Alquran, kalau sudah berpidato, kata-katanya bisa sangat indah dan puitis. Terbukti di setiap kumpul angkatan dan saat wisuda lalu. Salah satu kalimat favoritku yang dibaca oleh ketua angkatan selamanya Axiora ini adalah, “Hakikatnya semua takdir Allah itu Indah, namun kadang jalan menuju keindahan itu tak begitu indah. Yakinlah semua jalan yang tak begitu indah sebenarnya indah, namun apadaya hati ini sangat lemah dan tak berdaya untuk peka dan merasa pada keindahan yang begitu indah.”

Anggota trio Conquera tidak selamanya bersikap serius, kok. Di antara mereka, ada yang jago stand up comedy. Ridho, selain ahli dalam sejarah Islam, ia juga ahli dalam membuat orang lain tertawa. Guyonan khasnya sering kali membuatku tertawa. Entah karena aku yang receh atau apa. Selain itu, perawakannya yang masih imut terkadang membuat beberapa anak akhwat ingin menjadikannya gantungan kunci. Hehe. Namun, bila Ridho sedang mengaji, suara merdunya terdengar, hingga ke barisan akhwat. Aku paling suka bila ia sudah membaca dengan nada tinggi. Keren. Asli keren banget. Dibalik hobinya yang senang bercanda, Ridho termasuk orang yang sangat tegas. Jangan pernah main-main dengan ketegasannya. Terlebih dalam masalah peraturan. Dan tahukah, Ridho mempunyai bakat terpendam menjadi boyband, lho. Saat pentas seni The Voyage lalu, ia menari ala boyband yang membuat Gedung Serba Guna penuh oleh teriakan wanita. Aku saja sampai dibuat kelepek-kelepek karenanya, ehehehehe.

Yang terakhir, Mafaz. Di antara ketiganya, bisa dibilang ia yang paling pendiam. Terlihat jarang berbicara, tapi selalu mempunyai sejuta pikiran di dalam kepalanya. Di balik pendiamnya, sebenarnya ia sering dimintakan nasihat oleh teman-temannya. Mungkin nasihat tentang fikih sehari-hari. Mungkin juga nasihat dan tips menghafal Alquran dari hafizh-nya Axiora ini. Atau mungkin juga nasihat mengenai dunia masa depan, dunia pernikahan. Hehe. Mafaz sendiri menjadi salah satu tempatku bertanya masalah fikih dan ibadah, selain Haris dan Amil. Dibalik pembawaannya yang tenang, jawaban bijak selalu terucap dari bibirnya. Satu ciri khasnya jika diajak berbicara. Senyuman selalu tersungging dari bibirnya. Tak jarang pula ia tertawa. Harus kuakui, receh-nya nggak ketulungan. Walau terkadang, suaranya yang terlalu lembut membuatku selalu bertanya, “Hah?” setiap mendengar omongannya. Entah memang suaranya yang kecil atau telingaku yang bermasalah. Mafaz, salah satu anak ikhwan Axiora terbaik yang pernah kutemui. Kata Rizka, ia adalah orang yang tidak mau menyakiti orang lain. Hani bilang, ia tidak pernah berpikiran negatif terhadap orang lain. Satu dari sedikit alasan yang membuatku kagum padanya.

Trio Conquera tetaplah manusia biasa. Terkadang dihormati, tak jarang pula mereka ku­bully. Zhofir si korban kekomporan nomor wahid, Ridho yang selalu kupanggil Oppa, dan Mafaz yang paling sering kusuruh-suruh. Semoga aku tidak dihujat mereka ya Allah. Hehe.

***

Kini, ketiganya harus berpisah. Yang satu ingin menjadi dokter, yang satu lagi ingin menjadi ahli geologi, dan yang terakhir sudah menjadi mahasiswa dirasah Islamiyyah. Ketiganya menempuh jalan berbeda untuk menggapai cita-cita. Namun aku yakin, persahabatan mereka akan terus terjaga. Karena aku tahu, mereka mempunyai satu mimpi besar: Mencetak lebih banyak hafizh dan hafizhah dari Axiora.

Walaupun Zhofir dan Ridho sekarang belum menjadi hafizh, tetapi ghiroh mereka unuk menyelesaikan hafalan pasti sangat kuat. Mereka bertiga, bahkan, merencanakan untuk membuat komunitas untuk para penghafal Alquran Axiora, agar perkembangan usaha para calon hafizh dan hafizhah terlihat. Kalau kata Zhofir, komunitas itu bertujuan untuk memonitor para calon hafizh dan hafizhah agar mereka semangat dan berhasil menyelesaikan hafalannya. Masyaallah.

Jujur, aku bersyukur mengenal teman seperti mereka. Trio Conquera telah menginspirasiku dalam berbagai hal. Membuatku selalu berpikir, apakah kisah persahabatanku akan seperti mereka?  Ya, mereka menunjukkan padaku arti sesungguhnya tentang persahabatan. Dilandasi keimanan, juga kecintaan pada Alquran. Sehingga selalu menjadi pengingat akan kebaikan dan kesabaran. Persahabatan seperti ini, surgalah yang akan menjadi tujuan. Allahu akbar.

Kadang aku berpikir. Indonesia butuh pemimpin seperti mereka. Walau berbeda profesi, tetap satu visi-misi. Berakhlak Alquran, hingga mengqurankan rakyatnya. Aku yakin, masing-masing dari mereka sudah memiliki mimpi mulia. Menjadi jawaban akan permasalahan umat yang tengah terjadi saat ini.

Pesanku buat Pak Ustad, Mas dokter, dan Oppa; Tetaplah menginspirasi, sekaligus memotivasi. Bersiaplah menjadi ahli ilmu dunia yang terus menggaungkan nama Islam yang damai dan sejahtera. Doakan aku juga, agar ilmu yang kuserap dari kalian akan berguna nantinya. Dan jangan lupa, kalau kalian menikah, undang-undang aku ya. Aku ingin tahu, siapakah wanita terbaik yang pantas mendampingi orang-orang hebat seperti kalian (ceilah).

Terakhir. Satu lagi pesanku! Zhofir, Mafaz, Ridho, jangan sering-sering makan mi, ya! Tidak sehat. Huh.

Akhirnya wisuda bisa foto sama mereka bertiga. Haha.

You May Also Like

0 comments