#SalamRamadan – Day 1
KEMBALI BERSAMA KELUARGA
Hari ini,
tepat 3 tahun hijriah yang lalu, aku menapaki bumi Insan Cendekia. Tempatku
menuntut ilmu. Tempatku bertemu teman baru. Dan tempatku berproses menjadi
pribadi lebih baik dari yang lalu. Selama tiga tahun tersebut, aku menghabiskan
1 Ramadan di ranah perantauan.
Maka
inilah kali pertamaku, setelah tiga tahun, berbuka puasa bersama keluarga di
hari pertama bulan suci ini. Selama tiga tahun hanya ada Ayah, Bunda, Nada, dan
Najla.
Baru satu
hari menghabiskan Ramadan di rumah, rindu menghampiriku. Aku merindukan suasana
Ramadan di Insan Cendekia. Tarawih bersama dan diimami oleh Syekh, mendengarkan
ceramah guru, hingga ribut ketika membuat takjil dalam rangkaian acara i-Fun. Ditambah
lagi merasakan ujian akhir semester saat Ramadan. Pulang dari masjid lebih
lama, begadang pasti, tapi harus bangun lebih pagi.
Di IC, mudah untuk melangkahkan kaki sholat berjamaah di masjid. Mudah bibir ini melantunkan ayat suci Alquran hingga lupa waktu. Dan mudah diri ini untuk tidak tertidur sehabis sholat Subuh.
Kini aku berada di rumah. Jujur, aku tidak pernah sholat berjamaah di masjid. Tarawih pun tidak. Dikarenakan, sholat tarawih di masjid dekat rumah tidak tu’maninah, dan lebih banyak mainnya. Alhasil aku sholat tarawih bersama keluarga saja. Pun demikian dengan sholat fardhu. Sholat berjamaah hanya kulakukan sekali, saat isya, bersama Bunda dan Nada. Kadang aku merasa, Ramadan di rumah tidak sekencang di IC ibadahnya.
Namun aku bersyukur. Kembali bersama keluarga merupakan suatu hal yang dinanti. Sahur dan berbuka bersama keluarga, tarawih bersama, dan saling menyimak bacaan Alquran menjadi rutinitasku berada di rumah. Setidaknya, untuk urusan tadarus Alquran, insyaallah aku semangat.
Di IC, mudah untuk melangkahkan kaki sholat berjamaah di masjid. Mudah bibir ini melantunkan ayat suci Alquran hingga lupa waktu. Dan mudah diri ini untuk tidak tertidur sehabis sholat Subuh.
Kini aku berada di rumah. Jujur, aku tidak pernah sholat berjamaah di masjid. Tarawih pun tidak. Dikarenakan, sholat tarawih di masjid dekat rumah tidak tu’maninah, dan lebih banyak mainnya. Alhasil aku sholat tarawih bersama keluarga saja. Pun demikian dengan sholat fardhu. Sholat berjamaah hanya kulakukan sekali, saat isya, bersama Bunda dan Nada. Kadang aku merasa, Ramadan di rumah tidak sekencang di IC ibadahnya.
Namun aku bersyukur. Kembali bersama keluarga merupakan suatu hal yang dinanti. Sahur dan berbuka bersama keluarga, tarawih bersama, dan saling menyimak bacaan Alquran menjadi rutinitasku berada di rumah. Setidaknya, untuk urusan tadarus Alquran, insyaallah aku semangat.
Banyak hal
yang bisa kulakukan di rumah. Membantu orang tua, misalnya. Menyapu dan mengepel
menjadi kewajibanku setiap akhir pekan. Pun dengan mencuci piring dan baju. Walau
aku tidak bisa memasak, setidaknya aku bisa membantu menyiapkan makanan di
bagian mengupas wortel, memarut singkong, hingga mengulek jagung. Jika
kita melakukannya dengan senang hati, insyaallah pahala juga akan
mengalir. Pasti.
Di manapun kita menghabiskan Ramadan, beribadah jangan pernah bosan! Dan tetaplah menebar kebaikan!
***
AYAT OF THE DAY
AL-BAQARAH: 186
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-Ku tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman
kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.
Bicara
tentang ayat mengenai puasa, yang terpikirkan pasti 3 ayat beruntun di surah
Al-Baqarah. Ayat 183, 184, dan 185. Ayat-ayat yang mewajibkan puasa, keringanan
bagi musafir dan orang sakit, hingga keutamaan bulan Ramadan, bulan turunnya
Alquran. Tapi tahukah, satu ayat setelah itu tidak kalah indahnya?
Dimulai
dari kalimat, Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-Ku tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Ayat ini memberitahukan kepada kita bahwa
sesungguhnya Allah SWT. Sangat dekat dengan hamba-Nya. Bahkan dalam ayat lain
dijelaskan bahwa Allah lebih dekat daripada urat leher manusia (QS. Qaf: 16). Saking
dekatnya, dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Anas bin Malik, Allah
berfirman, “Aku sesuai dugaan hamba-Ku mengenai diriKu, dan Aku selalu
bersamanya jika dia berdoa kepadaKu.”
Potongan
selanjutnya ayat tersebut adalah Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada-Ku. Dari terjemahan ayat tersebut dapat dijelaskan
bahwa Allah pasti mengabulkan setiap doa yang sampai kepadaNya. Ada tiga cara
Allah mengabulkan doa: Pertama, akan segera Allah kabulkan doanya. Kedua, Allah
akan kabulkan di lain waktu. Dan yang ketiga, Allah ganti dengan apa yang lebih
baik (HR. Ahmad, dengan sanad hasan). Kedua potongan ayat tersebut menegaskan
bahwa Allah SWT. begitu dekat dengan hambaNya. Dia tidak akan mengecewakan
siapapun yang berdoa kepadaNya, tidak ada sesuatu pun yang menyibukkanNya, dan
Dia akan selalu mengabulkan semua doa hambaNya. Ayat tersebut juga merukapan
seruan, anjuran, dan arahan agar selalu berdoa kepada Allah.
Potongan
ayat terakhir berbunyi Hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman
kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. Potongan ayat ini seakan-akan menjadi
syarat dari potongan ayat sebelumnya. Ya, Allah akan mengabulkan setiap doa
hambaNya, asalkan hamba tersebut beriman, mengerjakan perintah, dan menjauhi
larangan yang telah ditetapkan Allah. Selain itu, ayat ini juga menjelaskan
adab berdoa. Dimana ketika kita berdoa harus bersungguh-sungguh, yakin akan
dikabulkan, hati tidak boleh lalai, dan tidak meminta dengan tergesa-gesa.
Satu hal
mengenai ayat ini. Sadarkan kalian, bahwa ayat ini terletak setelah, bahkan di
antara ayat mengenai puasa? Jika kita menengok ayat setelahnya, ayat 187 masih
berbicara mengenai puasa. Bukankah itu artinya Allah menjadi lebih dekat lagi
dengan kita saat bulan Ramadan ini? Dan bukankah itu bermakna doa-doa akan lebih
terdengar dan dikabulkan? Sebuah hadis menyatakan bahwa ada tiga macam orang
yang doanya tidak akan ditolak, salah satunya adalah doa orang yang berpuasa
hingga berbuka. Maka berdoalah, niscaya Allah akan kabulkan.
Sumber: Mudah Tafsir Ibnu Katsir, penerbit Maghfirah Pustaka
Sumber: Mudah Tafsir Ibnu Katsir, penerbit Maghfirah Pustaka
0 comments