#Keping2; D A U N
(edisi Kau Melukis Aku)
Siapa
yang hobi foto kamar di mana saja?
Siapa
yang pernah memajang bait Ta’lim Muta’allim di pintu kamar?
Siapa
yang pernah mendapat predikat The Most Checklist Room dan malah mengadakan pesta?
Ya, itulah
kamarku, ketika kelas X dulu. Kamar yang terdiri atas makhluk bernama Azmi,
Nana, Nadhira, dan Upik. 112 J nomor kamarnya. Terletak persis di samping living room
lantai 1 gedung J. Tempatku menghabiskan waktu beradaptasi di awal
perjalanan di Insan Cendekia.
Menurut
pengakuan beberapa orang, ketika aku, Azmi, Nana, dan Upik bertemu dan
berkenalan sebagai teman baru sekaligus kawan sekamar, kami sudah heboh. Kami
sudah berisik. Kami sudah teriak-teriak sok asyik.
Malam
pertama berada di asrama. Kami membicarakan hal-hal yang menjadi kesukaan kami
semua. Ternyata, kami berempat sama-sama menyukai komik Hai, Miiko! dan Detektif
Conan. Jadilah malam itu kami membicarakan tentang beberapa volume di kedua
komik tersebut.
Pukul 10
malam, kami semua tidak bisa tidur. Maklum, baru pertama kali jauh dari rumah
(kecuali Azmi dan Nana, mereka dulu juga boarding). Masih sedikit syok
dan homesick. Nana, yang kasurnya berada di atas ranjangku, sambil
membaca buku, berkata, “Ih, kalian jangan tidur dulu. Temenin aku
begadang. Gak bisa tidur, nih.”
Aku, Azmi,
dan Upik sama-sama mengiyakan.
Namun,
delapan detik kemudian...
“Na, Nana?”
tanya Upik. Tidak ada sahutan.
“Nana?”
kataku kemudian.
Masih
tidak ada yang menyahut. Sontak, Upik melongok ke kasur Nana, dan ternyata...
“Ya Allah
orangnya udah tidur!”
Aku dan Azmi hanya bisa geleng-geleng kepala.
Seiring
berjalannya waktu, persahabatan di antara kami semakin erat. Kamar kami juga
semakin penuh. Sering ada dua tambahan penghuni gelap, yaitu Irun dan Nuni.
Irun biasanya tidur di karpet (tikar lebih tepatnya) raksasa milik Upik.
Sedangkan Nuni, biasanya sudah bertengger pulas di kasurku.
Hobi kami
semua sama. Tidur. Pernah di suatu malam sebelum ujian akhir semester, jam
setengah sembilan malam kami sudah tertidur pulas di karpet Upik. Masalahnya
adalah, besok ujian biologi. Dan materi biologi sangatlah banyak. Aku dan Azmi,
juga Nana dan Upik yang terdampar dalam kelas lintas minat biologi pada saat
itu, sudah terlelap tak sadar. Yang sedikit kuingat, Salma membuka pintu kamar
dan istighfar melihat kami. Tapi tenang saja. Jam satu malam, Irun
membangunkan kami satu persatu dan akhirnya di pagi yang sangat buta kami
belajar.
Urusan
reguler, Upik selalu reguler paling pagi. Biasanya dia pulang ke rumah, dan
kembali ke kamar dengan sop buah. Nana dan Azmi juga terkadang reguler pagi.
Namun biasanya mereka baru keluar jam setengah 10an. Jadilah aku sendiri di
kamar. Karena aku selalu dijenguk agak siang, maka kesendirian itulah aku
manfaatkan untuk menyapu dan mengepel kamar. Terkadang membereskan
barang-barang yang berantakan di bawah meja anak kamar. Sering ada yang
menyapa, “Gak reguler?” atau “Rajin amat,” dan aku hanya bisa tersenyum.
Ketika
anak-anak dari kamar lain menempel foto atau sesuatu di dinding kamar untuk
memotivasi belajar, kami menempel foto seseorang berpeci yang kami ambil dari
koran milik OSIS dan kami tempel di depan pintu kamar. Ya, depan pintu kamar. Di
samping foto orang berpeci tersebut ditulis bait yang ada di kitab Ta’lim
Muta’allim yang pernah diajarkan Pak Zein.
Apa alasannya kami menulis hal tersebut?
“Biar
kalau Pak Oji datang ke kamar kita, beliau seneng. Jadi kamar kita gak
dicek deh,” aku Nana.
Yang
paling viral, 112 J pernah dimusuhi anggota Divling. Karena apa?
Januari
2015, kami sengaja membuat ceklis yang cukup banyak, agar mendapat penghargaan
kamar terceklis. Benarlah ketika diumumkan, 112 J menjadi The Most Checklist
Room. Bukannya minta maaf atau menjalankan hukuman, 112 J malah mengadakan party.
Nasi kuning yang masih tersisa dari kantin diambil dan dibuat tumpeng. Lengkap
dengan ayam dan tempenya. Poster untuk party juga dibuat dan ditempel di
depan pintu. Sontak, kakak-kakak Divling sering menatap sinis kepada anak-anak
kamarku.
Party dilaksanakan malah hari. Kami juga
mengambil meja kotak dari lobi asrama untuk ditaruh nasi tumpeng dan kue (baca:
suplemen sisa kemarin). Acaranya sambutan perwakilan kamar yang diwakili oleh
Azmi dan sambutan dari anggota Divling yang diwakili oleh Azmi juga. Kemudian,
sesepuh Upik (yang kebetulan sedang tidak enak badan) memberikan wejangan-wejangan
hidup yang tidak berfaedah. Dan party ditutup dengan kuis tentang anak-anak kamar
112 J dan aib-aibnya.
112 J-ku
punya nama tersendiri. DAUN namanya. Singkatan dari Dhira, Azmi, Upik, dan Nana. Bila ditambah dua penghuni
gelap, jadilah DUNNIA. Dhira, Upik, Nana, Nuni, Irun, dan Azmi.
DAUN
menjadi saksi awal perjuanganku di Insan Cendekia, masa-masa Nadhira masih
berandal... dan sampai sekarang sih, hehe.
![]() |
Stukol Yogyakarta, Februari 2015 |
![]() |
DAUN after the most checklist room's party |
0 comments