­

#Keping2; D A U N

by - May 17, 2017


(edisi Kau Melukis Aku)

Siapa yang hobi foto kamar di mana saja?
Siapa yang pernah memajang bait Ta’lim Muta’allim di pintu kamar?
Siapa yang pernah mendapat predikat The Most Checklist Room dan malah mengadakan pesta?

Ya, itulah kamarku, ketika kelas X dulu. Kamar yang terdiri atas makhluk bernama Azmi, Nana, Nadhira, dan Upik. 112 J nomor kamarnya. Terletak persis di samping living room lantai 1 gedung J. Tempatku menghabiskan waktu beradaptasi di awal perjalanan di Insan Cendekia.

Menurut pengakuan beberapa orang, ketika aku, Azmi, Nana, dan Upik bertemu dan berkenalan sebagai teman baru sekaligus kawan sekamar, kami sudah heboh. Kami sudah berisik. Kami sudah teriak-teriak sok asyik.

Malam pertama berada di asrama. Kami membicarakan hal-hal yang menjadi kesukaan kami semua. Ternyata, kami berempat sama-sama menyukai komik Hai, Miiko! dan Detektif Conan. Jadilah malam itu kami membicarakan tentang beberapa volume di kedua komik tersebut.

Pukul 10 malam, kami semua tidak bisa tidur. Maklum, baru pertama kali jauh dari rumah (kecuali Azmi dan Nana, mereka dulu juga boarding). Masih sedikit syok dan homesick. Nana, yang kasurnya berada di atas ranjangku, sambil membaca buku, berkata, “Ih, kalian jangan tidur dulu. Temenin aku begadang. Gak bisa tidur, nih.

Aku, Azmi, dan Upik sama-sama mengiyakan.

Namun, delapan detik kemudian...

“Na, Nana?” tanya Upik. Tidak ada sahutan.

“Nana?” kataku kemudian.
Masih tidak ada yang menyahut. Sontak, Upik melongok ke kasur Nana, dan ternyata...

“Ya Allah orangnya udah tidur!”

Aku dan Azmi hanya bisa geleng-geleng kepala.

Seiring berjalannya waktu, persahabatan di antara kami semakin erat. Kamar kami juga semakin penuh. Sering ada dua tambahan penghuni gelap, yaitu Irun dan Nuni. Irun biasanya tidur di karpet (tikar lebih tepatnya) raksasa milik Upik. Sedangkan Nuni, biasanya sudah bertengger pulas di kasurku.

Hobi kami semua sama. Tidur. Pernah di suatu malam sebelum ujian akhir semester, jam setengah sembilan malam kami sudah tertidur pulas di karpet Upik. Masalahnya adalah, besok ujian biologi. Dan materi biologi sangatlah banyak. Aku dan Azmi, juga Nana dan Upik yang terdampar dalam kelas lintas minat biologi pada saat itu, sudah terlelap tak sadar. Yang sedikit kuingat, Salma membuka pintu kamar dan istighfar melihat kami. Tapi tenang saja. Jam satu malam, Irun membangunkan kami satu persatu dan akhirnya di pagi yang sangat buta kami belajar.

Urusan reguler, Upik selalu reguler paling pagi. Biasanya dia pulang ke rumah, dan kembali ke kamar dengan sop buah. Nana dan Azmi juga terkadang reguler pagi. Namun biasanya mereka baru keluar jam setengah 10an. Jadilah aku sendiri di kamar. Karena aku selalu dijenguk agak siang, maka kesendirian itulah aku manfaatkan untuk menyapu dan mengepel kamar. Terkadang membereskan barang-barang yang berantakan di bawah meja anak kamar. Sering ada yang menyapa, “Gak reguler?” atau “Rajin amat,” dan aku hanya bisa tersenyum.

Ketika anak-anak dari kamar lain menempel foto atau sesuatu di dinding kamar untuk memotivasi belajar, kami menempel foto seseorang berpeci yang kami ambil dari koran milik OSIS dan kami tempel di depan pintu kamar. Ya, depan pintu kamar. Di samping foto orang berpeci tersebut ditulis bait yang ada di kitab Ta’lim Muta’allim yang pernah diajarkan Pak Zein.

Apa alasannya kami menulis hal tersebut?

“Biar kalau Pak Oji datang ke kamar kita, beliau seneng. Jadi kamar kita gak dicek deh,” aku Nana.
Yang paling viral, 112 J pernah dimusuhi anggota Divling. Karena apa?

Januari 2015, kami sengaja membuat ceklis yang cukup banyak, agar mendapat penghargaan kamar terceklis. Benarlah ketika diumumkan, 112 J menjadi The Most Checklist Room. Bukannya minta maaf atau menjalankan hukuman, 112 J malah mengadakan party. Nasi kuning yang masih tersisa dari kantin diambil dan dibuat tumpeng. Lengkap dengan ayam dan tempenya. Poster untuk party juga dibuat dan ditempel di depan pintu. Sontak, kakak-kakak Divling sering menatap sinis kepada anak-anak kamarku.

Party dilaksanakan malah hari. Kami juga mengambil meja kotak dari lobi asrama untuk ditaruh nasi tumpeng dan kue (baca: suplemen sisa kemarin). Acaranya sambutan perwakilan kamar yang diwakili oleh Azmi dan sambutan dari anggota Divling yang diwakili oleh Azmi juga. Kemudian, sesepuh Upik (yang kebetulan sedang tidak enak badan) memberikan wejangan-wejangan hidup yang tidak berfaedah. Dan party ditutup dengan kuis tentang anak-anak kamar 112 J dan aib-aibnya.

112 J-ku punya nama tersendiri. DAUN namanya. Singkatan dari Dhira, Azmi, Upik, dan Nana. Bila ditambah dua penghuni gelap, jadilah DUNNIA. Dhira, Upik, Nana, Nuni, Irun, dan Azmi.

DAUN menjadi saksi awal perjuanganku di Insan Cendekia, masa-masa Nadhira masih berandal... dan sampai sekarang sih, hehe.
Stukol Yogyakarta, Februari 2015
 
DAUN after the most checklist room's party

You May Also Like

0 comments