­

#Keping5; Persembahan Terakhir

by - May 25, 2017

Saat membuka Instagram, aku melihat berbagai macam post dari teman masa SMP-ku. Di grup Line, beberapa teman membahas suatu hal. Inti keduanya sama. Membicarakan last performance yang mereka lakukan di sekolahnya. Ada yang membuat pertunjukkan kabaret, ada juga yang membuat acara semacam pentas seni. Dari situlah, aku mulai berpikir. Kira-kira, apa ya yang bisa Axiora tunjukkan terakhir kali sebelum wisuda?

Bicara last performance, pikiranku langsung melayang kepada pembacaan Asmaul Husna di panggung Gedung Serba Guna saat wisuda. Ya, itu memang last performance, tapi saat wisuda. Bukan sebelum wisuda.

Allah memang Maha Mendengar. Belum sempat kuutarakan pertanyaanku tentang last performance Axiora kepada BPH, sebuah berita diumumkan. Berawal dari kumpul angkatan (akhwat) di living room gedung H, Nuni menjelaskan sesuatu.

Inilah yang akan kukisahkan. Dengan bangga, kuceritakan persembahan terakhir Axiora untuk Insan Cendekia.

***

Mendengar penjelasan Nuni, aku langsung menebak sesuatu. Aku sangat yakin, ide ini muncul dari salah satu atau ketiga anggota Trio Conquera; Zhofir, Ridho, dan Mafaz. Sungguh aku tak percaya. Mereka kepikiran saja hal seperti itu. Aku salut.

Inilah yang mereka usulkan: Khotmil qur’an bil ghaib.

Mengkhatamkan seluruh ayat dalam 30 juz Alquran, namun dengan tidak melihat mushaf. Alias, dengan hafalan. Sempat terbersit olehku. Apa iya bisa?

Tidak dipungkiri, Axiora mempunyai dua orang yang sudah menyelesaikan sempurna hafalannya. Namun, jika 30 juz tersebut dibagi satu angkatan, akankah bisa? Aku berpikir, tapi aku tetap optimis.

Jadilah malam itu, Salma mendata berapa hafalan yang anak Axiora akhwat miliki. Banyak dari mereka yang tidak mau mengisi. Alasannya, “Ini kesenjangan sosial, tahu!” Selain itu, “Gue gak suka ditanya beginian!”

Benar sih, aku merasa sedikit berat untuk menuliskan jumlah hafalanku. Entah mengapa aku bepikir ini merupakan tanggung jawab atas semua hafalan yang kupunya. Ketika aku menulis sekian juz, itu berarti aku harus siap jika aku ditunjuk untuk membacakan kesekian juz tersebut.

Selama hampir seminggu, aku merasakan bagaimana sulitnya membagi anak-anak Axiora, dengan latar belakang hafalan yang berbeda-beda, ke dalam 30 juz. Seseorang bercerita padaku, betapa pusingnya ia mengatur pembagian juz ini. Terlebih karena beberapa anak akhwat enggan menulis berapa hafalan mereka. Bahkan saking pusingnya, ia sampai badmood.

Baru terpikirkan olehku. Mungkin, salah satu yang membuat orang tersebut menjadi badmood adalah aku. Ketika aku diberi tahu bahwa aku membacakan juz 5, reaksiku malah, “HUAAAAAAAAA. BELUM LANCAAAAAR. Juz 4 aja ya?” Duh duh, maafkan aku ya.

Akhirnya, setelah pusing berkutat dengan pembagian juz ini, terbentuklah susunan orang-orang yang membaca di setiap juznya. Tidak hanya juz, beberapa orang juga ditunjuk membaca surah-surah pilihan. Ridho mengumumkannya di grup Facebook Axiora. Ketika aku melihatnya, aku berdecak kagum. Masyaallah, ternyata Axiora mampu.

Masalah pembagian juz selesai. Eh, masalah lain pun muncul. Beberapa orang merasa tak siap dengan pembagian juz yang mereka dapatkan. Dalam hati aku bertanya. Lah, kalau nggak siap, kenapa nulis jumlah hafalan segitu? Anak-anak akhwat melampiaskannya kepadaku. Mereka minta ganti lah, minta tukar, lah, dan bahkan ada yang berkata, “Kayaknya aku gak bisa ikut, deh.”

Jurusku menjawab keluhan mereka cuma satu. “Jangan protes sama aku. Kalau mau tukar, bilang sama orangnya (re: yang membagi juz). Aku cuma ditugasi buat nyampein doang,” geramku.

Pelaksanaan khotmil Qur’an bil ghaib menggunakan mikrofon masjid. Tidak hanya ikhwan, akhwat pun diminta untuk menggunakan mikrofon masjid. Ini masalah lagi. Banyak anak akhwat yang tidak mau memakai mikrofon. Padahal, sudah diberi tahu bahwa pengeras suaranya tidak akan terdengar keluar masjid. Akhirnya, anak-anak akhwat pun legowo menerima permintaan tersebut.

Gaungan ayat suci Alquran mulai didengungkan sejak Selasa malam. Dimulai dari Fitra, Afif, dan Arif yang membacakan juz 1, ditambah Amil yang membantu menyimak bacaan mereka. Juz 2 dibacakan oleh Muti dan Qorin. Namun, menjelang Isya, Muti mengeluh kepadaku bahwa ia tidak dapat menemukan Qorin. Ia memelas padaku. Ia memintaku membantunya membacakan juz 2. Tidak banyak, hanya enam halaman. Aku mengangguk, menyanggupi. Baru tersadar sudah cukup lama aku tidak murojaah juz 2, dikarenakan aku sibuk melancarkan hafalan juz 5-ku. Ditambah lagi permintaan yang cukup mendadak, membuatku semakin kalut dan nge-blank.

Aku menarik nafas. Kujernihkan dan kukosongkan pikiranku, agar aku bisa melancarkan 6 halaman terakhir juz 2 dengan baik. Akhirnya, aku berhasil membacakannya dengan lancar, meski masih melirik Alquran sedikit-sedikit.

Antusiasku dalam acara ini sungguh besar. Aku berkali-kali menyimak bacaan teman. Ada Alya dan Fitri di juz 3, Dian di surah Yasin, bahkan aku menyimak Abi Tauhid di surah Ar-Rum dan Luqman. Aku selalu terhanyut mendengar bacaan mereka. Tak jarang, mulut ini ikut bergerak membaca ayat yang teman-temanku bacakan.

Salah satu hal yang paling kusyukuri dari khotmil Qur’an bil ghaib ini adalah berkesempatan menyimak bacaan hafizh dan hafizhah Axiora. Ya, aku mendapat kesempatan menjadi penyimak seorang Himmaty Muyassarah dan Zidnal Mafaz. Suatu kehormatan bagiku dapat mendengarkan dan mengoreksi bacaan mereka bila ada yang salah. Bergetar hatiku, mendengar Himmaty membacakan surah Al-Ahzab dan Fatir. Ia membacakannya dengan tartil, sehingga aku dapat mengikuti bacaannya. Surah Saba’ yang dilantunkan Mafaz pun tak kalah indah. Walau ia membaca dengan cepat, aku masih bisa mendegar cukup jelas makharijul huruf-nya.

Juz 30 tepat selesai dibacakan saat waktu maghrib menjelang isya, sehari sebelum wisuda. Doa khotmil Qur’an dibaca saat makrab terakhir Axiora, pukul 22:30 malam, oleh Pak Ustad Zidnal Mafaz. Betapa aku bahagia sekaligus terharu menyaksikan para penghafal Kitabullah bertebaran di angkatanku.

Khotmil Qur’an bil ghoib, yang baru pertama kali diadakan di Insan Cendekia, akan menjadi saksi perjuangan para hafizh dan hafizhah Axiora yang insyaallah akan terus bermunculan nantinya. Sehingga, suatu hari nanti, Axiora akan kembali menggemakan dunia dengan kalamNya. Allaahummarhamnaa bil qur’aan.

“Ayo kita (Axiora) wujudkan minimal 10% di angkatan kita jadi hafizh/ah Qur’an.”
-Zidnal Mafaz

“Aku benar-benar berharap, nanti sewaktu milad IC ke-25, kita (Axiora) bisa kumpul lagi untuk khataman Qur'an bil ghaib, tapi dengan kondisi sudah banyak teman-teman yang jadi hafizh dan hafizhah."
-Abdullah Ivan Farrahan

You May Also Like

1 comments