#Keping5; Persembahan Terakhir
Saat membuka
Instagram, aku melihat berbagai macam post dari teman masa SMP-ku. Di
grup Line, beberapa teman membahas suatu hal. Inti keduanya sama. Membicarakan last
performance yang mereka lakukan di sekolahnya. Ada yang membuat
pertunjukkan kabaret, ada juga yang membuat acara semacam pentas seni. Dari
situlah, aku mulai berpikir. Kira-kira, apa ya yang bisa Axiora tunjukkan
terakhir kali sebelum wisuda?
Bicara last
performance, pikiranku langsung melayang kepada pembacaan Asmaul Husna di
panggung Gedung Serba Guna saat wisuda. Ya, itu memang last performance,
tapi saat wisuda. Bukan sebelum wisuda.
Allah
memang Maha Mendengar. Belum sempat kuutarakan pertanyaanku tentang last
performance Axiora kepada BPH, sebuah berita diumumkan. Berawal dari kumpul
angkatan (akhwat) di living room gedung H, Nuni menjelaskan sesuatu.
Inilah
yang akan kukisahkan. Dengan bangga, kuceritakan persembahan terakhir Axiora
untuk Insan Cendekia.
***
Mendengar
penjelasan Nuni, aku langsung menebak sesuatu. Aku sangat yakin, ide ini muncul
dari salah satu atau ketiga anggota Trio Conquera; Zhofir, Ridho, dan Mafaz. Sungguh
aku tak percaya. Mereka kepikiran saja hal seperti itu. Aku salut.
Inilah
yang mereka usulkan: Khotmil qur’an bil ghaib.
Mengkhatamkan
seluruh ayat dalam 30 juz Alquran, namun dengan tidak melihat mushaf. Alias,
dengan hafalan. Sempat terbersit olehku. Apa iya bisa?
Tidak
dipungkiri, Axiora mempunyai dua orang yang sudah menyelesaikan sempurna hafalannya.
Namun, jika 30 juz tersebut dibagi satu angkatan, akankah bisa? Aku berpikir,
tapi aku tetap optimis.
Jadilah
malam itu, Salma mendata berapa hafalan yang anak Axiora akhwat miliki. Banyak
dari mereka yang tidak mau mengisi. Alasannya, “Ini kesenjangan sosial, tahu!” Selain
itu, “Gue gak suka ditanya beginian!”
Benar sih,
aku merasa sedikit berat untuk menuliskan jumlah hafalanku. Entah mengapa aku
bepikir ini merupakan tanggung jawab atas semua hafalan yang kupunya. Ketika
aku menulis sekian juz, itu berarti aku harus siap jika aku ditunjuk untuk membacakan
kesekian juz tersebut.
Selama
hampir seminggu, aku merasakan bagaimana sulitnya membagi anak-anak Axiora, dengan
latar belakang hafalan yang berbeda-beda, ke dalam 30 juz. Seseorang bercerita
padaku, betapa pusingnya ia mengatur pembagian juz ini. Terlebih karena beberapa
anak akhwat enggan menulis berapa hafalan mereka. Bahkan saking
pusingnya, ia sampai badmood.
Baru
terpikirkan olehku. Mungkin, salah satu yang membuat orang tersebut menjadi badmood
adalah aku. Ketika aku diberi tahu bahwa aku membacakan juz 5, reaksiku malah, “HUAAAAAAAAA.
BELUM LANCAAAAAR. Juz 4 aja ya?” Duh duh, maafkan aku ya.
Akhirnya,
setelah pusing berkutat dengan pembagian juz ini, terbentuklah susunan
orang-orang yang membaca di setiap juznya. Tidak hanya juz, beberapa orang juga
ditunjuk membaca surah-surah pilihan. Ridho mengumumkannya di grup Facebook
Axiora. Ketika aku melihatnya, aku berdecak kagum. Masyaallah, ternyata
Axiora mampu.
Masalah
pembagian juz selesai. Eh, masalah lain pun muncul. Beberapa orang
merasa tak siap dengan pembagian juz yang mereka dapatkan. Dalam hati aku
bertanya. Lah, kalau nggak siap, kenapa nulis jumlah hafalan segitu? Anak-anak
akhwat melampiaskannya kepadaku. Mereka minta ganti lah, minta tukar, lah,
dan bahkan ada yang berkata, “Kayaknya aku gak bisa ikut, deh.”
Jurusku
menjawab keluhan mereka cuma satu. “Jangan protes sama aku. Kalau mau tukar,
bilang sama orangnya (re: yang membagi juz). Aku cuma ditugasi buat nyampein
doang,” geramku.
Pelaksanaan
khotmil Qur’an bil ghaib menggunakan mikrofon masjid. Tidak hanya
ikhwan, akhwat pun diminta untuk menggunakan mikrofon masjid. Ini masalah lagi.
Banyak anak akhwat yang tidak mau memakai mikrofon. Padahal, sudah diberi tahu
bahwa pengeras suaranya tidak akan terdengar keluar masjid. Akhirnya, anak-anak
akhwat pun legowo menerima permintaan tersebut.
Gaungan
ayat suci Alquran mulai didengungkan sejak Selasa malam. Dimulai dari Fitra,
Afif, dan Arif yang membacakan juz 1, ditambah Amil yang membantu menyimak
bacaan mereka. Juz 2 dibacakan oleh Muti dan Qorin. Namun, menjelang Isya, Muti
mengeluh kepadaku bahwa ia tidak dapat menemukan Qorin. Ia memelas padaku. Ia
memintaku membantunya membacakan juz 2. Tidak banyak, hanya enam halaman. Aku
mengangguk, menyanggupi. Baru tersadar sudah cukup lama aku tidak murojaah
juz 2, dikarenakan aku sibuk melancarkan hafalan juz 5-ku. Ditambah lagi
permintaan yang cukup mendadak, membuatku semakin kalut dan nge-blank.
Aku
menarik nafas. Kujernihkan dan kukosongkan pikiranku, agar aku bisa melancarkan
6 halaman terakhir juz 2 dengan baik. Akhirnya, aku berhasil membacakannya
dengan lancar, meski masih melirik Alquran sedikit-sedikit.
Antusiasku
dalam acara ini sungguh besar. Aku berkali-kali menyimak bacaan teman. Ada Alya
dan Fitri di juz 3, Dian di surah Yasin, bahkan aku menyimak Abi Tauhid di
surah Ar-Rum dan Luqman. Aku selalu terhanyut mendengar bacaan mereka. Tak
jarang, mulut ini ikut bergerak membaca ayat yang teman-temanku bacakan.
Salah satu
hal yang paling kusyukuri dari khotmil Qur’an bil ghaib ini adalah
berkesempatan menyimak bacaan hafizh dan hafizhah Axiora. Ya, aku mendapat
kesempatan menjadi penyimak seorang Himmaty Muyassarah dan Zidnal Mafaz. Suatu
kehormatan bagiku dapat mendengarkan dan mengoreksi bacaan mereka bila ada yang
salah. Bergetar hatiku, mendengar Himmaty membacakan surah Al-Ahzab dan Fatir.
Ia membacakannya dengan tartil, sehingga aku dapat mengikuti bacaannya. Surah
Saba’ yang dilantunkan Mafaz pun tak kalah indah. Walau ia membaca dengan
cepat, aku masih bisa mendegar cukup jelas makharijul huruf-nya.
Juz 30
tepat selesai dibacakan saat waktu maghrib menjelang isya, sehari sebelum
wisuda. Doa khotmil Qur’an dibaca saat makrab terakhir Axiora, pukul
22:30 malam, oleh Pak Ustad Zidnal Mafaz. Betapa aku bahagia sekaligus terharu
menyaksikan para penghafal Kitabullah bertebaran di angkatanku.
Khotmil
Qur’an bil ghoib, yang
baru pertama kali diadakan di Insan Cendekia, akan menjadi saksi perjuangan
para hafizh dan hafizhah Axiora yang insyaallah akan terus bermunculan
nantinya. Sehingga, suatu hari nanti, Axiora akan kembali menggemakan dunia
dengan kalamNya. Allaahummarhamnaa bil qur’aan.
“Ayo kita (Axiora) wujudkan minimal 10% di angkatan kita jadi hafizh/ah Qur’an.”-Zidnal Mafaz
“Aku benar-benar berharap, nanti sewaktu milad IC ke-25, kita (Axiora) bisa kumpul lagi untuk khataman Qur'an bil ghaib, tapi dengan kondisi sudah banyak teman-teman yang jadi hafizh dan hafizhah."-Abdullah Ivan Farrahan
1 comments