Tentang Nadhira
Mari memulai perkenalan.
Nadhira Khansa Adelia, biasa dipanggil Nadhira. Nama panggilannya memiliki makna berseri-seri,
diambil dari salah satu surah di Alquran, yaitu Al-Qiyamah ayat 22.
Pemilihan nama tersebut memiliki harapan agar seorang Nadhira selalu
tersenyum dan ceria. Benar saja, Nadhira dikenal sebagai anak yang
selalu tersenyum, periang, terkadang tidak tahu malu,
Mengakui
bahwa sedang menyukai seseorang, tetapi lebih sering tidak peka
terhadap perasaannya sendiri. Dalam sebuah tes kepribadian, posisi
empatinya menduduki peringkat terakhir dari seluruh sifat yang
tercantum. Mungkin hal itu pula yang membuatnya mudah bersikap tak acuh
bila ada yang meledeknya.
Perempuan
berusia 21 tahun ini memiliki dua orang adik perempuan. Yang satu hanya
berjarak dua tahun darinya, dan memiliki sifat yang hampir 180 derajat
berkebalikan dari sang kakak. Lembut (sesuai arti salah satu kata pada
namanya, Alanna), kalem, dan lebih alim. Sedangkan adik bungsunya bisa
dibilang partner Nadhira dalam melakukan tindakan-tindakan aneh.
Bedanya, ia masih berumur 6 tahun, sehingga apapun yang dilakukan masih
bisa dikategorikan menggemaskan. Lari-lari dan lompat-lompat di tempat
umum menjadi keseharian Nadhira dan sang adik bungsu bila sedang
bersama, diiringi tatapan bukan kakak gue dari sang anak tengah.
Nadhira
berasal dari kedua orang tua bersuku Sunda dan berasal dari tanah Jawa
Barat, namun kepandaian berbahasa daerah tidak menurun kepada sang anak.
Kedua orang tuanya merantau setelah menikah, masih berada dalam satu
provinsi yang sama dengan tanah kelahiran, yang kemudian memisahkan diri
menjadi sebuah provinsi tersendiri di tahun 2000. Alhasil, Nadhira
menjadi penduduk kota Serang sejak ia masih berada dalam kandungan.
12 tahun masa sekolah pertamanya dihabiskan di ibukota Banten tersebut. Mulai dari playgroup,
taman kanak-kanak, SD, hingga SMP. Barulah menginjak bangku SMA Nadhira
merantau ke sebuah kota yang masih berada di provinsi Banten untuk
mengenyam pendidikan. Dan untuk pertama kalinya Nadhira bersekolah di
sekolah negeri, setelah 12 tahun lamanya bersekolah di sekolah swasta.
SMA yang ia masuki merupakan impiannya sejak kelas 6 SD, dan betapa
bahagianya Nadhira diterima di salah satu madrasah aliyah tersohor di
Indonesia, MAN Insan Cendekia Serpong.
Pernah
memiliki cita-cita menjadi seorang dokter (setelah sebelumnya
bercita-cita menjadi wasit sepakbola), namun tidak lagi berharap setelah
sering mendapat remedial pada ulangan harian biologi (terlebih di kelas
11). Alhasil, Nadhira banting setir dan di sinilah ia berada sekarang.
Menjadi mahasiswi tingkat tiga di sebuah intstitut teknologi di ibukota
Jawa Barat yang terkenal dengan logo gajahnya, sekaligus menjadi adik
tingkat dari sang gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, serta pelantun
bacaan Alquran yang mahsyur, Muzammil Hasballah.
Hobinya
menangkap momen, alias fotografi. Dinobatkan sebagai fotografer
angkatan saat SMA dan menyimpan kenangan tersebut ke dalam sebuah hardisk
biru bernama Blu's Clues, yang masih dipintai foto oleh teman-temannya
sampai sekarang. Obyek fotografi favoritnya adalah manusia, yang senang
ia tangkap ekspresinya.
Nadhira
mengalami kisah cinta penuh makna penuh drama. Jatuh cinta pertama kali
kepada sebuah klub sepakbola asal London Utara, Arsenal FC. Tembakan
sang meriam London menyasar tepat pada hatinya, yang menyebabkan ia
masih mencintai Arsenal hingga saat ini. Dan itulah salah satu hobi lain
miliknya, yaitu menonton sepakbola. Baginya, menyaksikan pertandingan
sepakbola adalah pelarian yang tepat setelah mengalami penatnya hari,
walau ia tak mahir dalam memainkannya.
Akhir
kata, inilah kisah seorang Nadhira, mahasiswa tingkat tiga Arsitektur
ITB, yang sehari-harinya berkutat di dunia per-studio-an, memiliki
tempat pulang bernama Axiora dan Rusa Muda, hingga rasa cinta terhadap
Mesut Ozil dan timnya.