Petualangan Meraih Bintang
“Mengapa makin ke sini makin banyak orang yang tidak mencintai ilmu pengetahuan?” tanya seorang Kakek pada cucu perempuannya.
Aqila,
sang cucu, hanya bisa duduk dan terdiam.
“Padahal,
Allah sudah menyuruh manusia untuk membaca apa yang ada di alam semesta,
seperti yang terdapat dalam firmanNya; Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang berakal. (QS. Ali Imran: 190),” lanjut sang Kakek.
***
Itulah
sedikit cuplikan dari film layar lebar berjudul Iqro’; Petualangan Meraih Bintang yang kutonton saat
di Salman lalu. Ya, film ini diproduksi oleh YPM Salman ITB, dan merupakan film
pertama yang digarap oleh sebuah masjid. Pastinya film ini bertema religi.
Namun, bukan seperti kebanyakan film religi di Indonesia yang membahas tentang
cinta dan menikah, film ini menceritakan tentang pentingnya mencari ilmu.
Seperti
ayat Alquran yang pertama kali turun, iqro’. Bacalah dengan nama Tuhanmu
Yang Menciptakan. Sang Kakek, dalam film tersebut menuturkan, bahwa yang
dimaksud dengan iqro’ adalah tiga hal. Membaca apa yang terdapat dalam
Alquran, membaca apa yang terjadi di alam semesta, dan membaca apa yang ada
dalam diri manusia. Yang intinya, Allah menyuruh kita, sebagai makhluk
ciptaanNya yang peling cerdas dan berhak menjadi khalifah di bumi, untuk
belajar dan mencari ilmu.
Betapa
pentingnya mencari ilmu, hingga Rasulullah SAW. dalam haditsnya berkata, ”Tuntulah
ilmu dari buaian hingga liang lahat,” dan “Tuntulah ilmu hingga ke
negeri Cina.” Sungguh, betapa mulianya para pencari ilmu. Bahkan, seorang tholabul
‘ilmi disamakan dengan mujahid yang berjuang di jalan Allah. Karena barangsiapa
yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga.
Sumber
dari segala ilmu terdapat dalam kitab suci yang telah turun lebih dari 1400
tahun yang lalu, Alquranul karim. Seperti pada surah Ali Imran ayat 190
di atas, Allah menyinggung tentang penciptaan langit dan bumi serta pergantian
siang dan malam yang menjadi dasar ilmu astronomi. Ilmu-ilmu lain yang terdapat
dalam Alquran pun tidak terhitung jumlahnya. Yang pernah kubaca (dari
terjemahan Alquran saja), ada yang menyebutkan tentang pertumbuhan tanaman, perkembangan
manusia dalam rahim, hingga turunnya hujan.
Itu baru
dalam bidang sains. Selain itu, Alquran juga merupakan sumber hukum. Ilmu
sosial dan muamalah pun tidak luput dijelaskan dalam Alquran. Maka dari
itu, tidak dapat dinafikkan bahwa segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini
tidak bisa dipisahkan dengan Alquran.
Orang-orang
berakal (ulil albab) yang disebutkan dalam QS. Ali Imran: 190 merupakan sekelompok
manusia yang berjuang mencari ilmu Allah dan memahami tanda-tanda kebesaranNya.
Kurasa, hal tersebut pasti berhubungan dengan ayat setelahnya. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. Jika kita telah mencari
dan mendapatkan ilmu, sepatutnya kita akan semakin mengingat Allah, bahkan
dalam keadaan apapun. Karena semua tanda kuasa yang Allah tunjukkan, akan
menghantarkan kita pada suatu fakta bahwa Allah tidak menciptakan semua yang
ada di alam semesta ini dengan sia-sia. Dan sekali lagi, hanya orang yang
berakal lah yang dapat memahami ini. Maka, orang-orang berakal pun kemudian
berdoa agar dijauhkan dari segala hal yang dapat menjerumuskan mereka pada
kesia-siaan dan membawa mereka menemui azab neraka.
Satu hal
yang kurenungkan. Mungkin inilah salah satu alasan kaligrafi yang terpasang di
Masjid Ulil Albab di Insan Cendekia memampang ayat ini, dimulai dari QS. Ali
Imran ayat 189 hingga 191. Memuji dan mengesakan Allah, mencari dan memahami
tanda-tanda kebesaran Allah, dan semakin tunduk dan patuh kepada Allah. Masyaallah,
aku merinding membayangkannya.
Film Iqro’
menyadarkanku bahwa semakin kita mempelajari Alquran, seharusnya semakin
semangat kita dalam mempelajari ilmu-ilmu Allah yang lain. Alquran barulah pintu
masuk akan luasnya ilmu Allah, juga sebagai pengingat dan jalan hidup kita
sebagai umat Nabi Muhammad. Semakin jatuh cinta pada Alquran, akan semakin
cinta pula kepada penulisnya, dan akan menuntun kita pula menyibak tanda-tanda
kekuasaan Allah yang masih sedikit sekali tersentuh. Seperti Aqila, dengan
bangga ia berkata pada kakeknya, “Aku nggak pernah menyesal belajar
Alquran!”
Sekedar
pengingat diri sendiri, untuk menghadapi dunia kuliah yang tidak akan lama
lagi.
0 comments