{H-30} – Belum Sempat Kucicipi

by - July 21, 2017


Ini kue Axiora. Sebagai perayaan milad yang ketiga. Terlalu awal memang, masih 30 hari menuju 20 Agustus. Bukan soal kue, tapi soal cerita tentangnya.

Hari ini, aku pergi ke Insan Cendekia untuk mengambil ijazah, sekaligus bertemu kembali dengan teman-temanku. Dan hari ini pula, untuk pertama kalinya, aku ke IC menggunakan kendaraan umum. Bersama Fia, aku naik bis. Berangkat dari Terminal Pakupatan jam 8, sampai di IC jam 11. Itu pun karena ada insiden salah jurusan angkot, hehe.

Anak Axiora yang pertama kutemui setelah sampai di IC adalah Fariza dan Fitri. Setelah membayar ongkos kepada pengemudi Gr*b, aku langsung meneriaki mereka. “Ijaaaaay! Ipiiiiiiiit!”

Aku berjalan menuju ruang audio visual (AV). Disana, aku bertemu lebih banyak lagi dengan teman-temanku. Melepas rindu, aku memeluk mereka. Mengobrol hal-hal remeh, bahkan masih sempat bergosip.

Jalan-jalan sekitar IC pun dimulai. Bersama Fia, Mira, Marwah, Muti, Ijay, dan Ipit, kami berkunjung ke rumah Bu Dini, sekaligus menengok bayi Fatimah. Anak kelima Bu Dini tersebut sangat menggemaskan. Wajahnya putih, agak-agak mirip bule gitu heheheh. Selanjutnya, kami mampir dan jajan di saung Teh Sri. Terlihat di bangku depan saung banyak siswa yang tidak kuketahui wajahnya–siswa angkatan 23. Mereka sempat melirik kami, dan kami tetap saja (masih) heboh.

Kami berjalan lagi menuju depan perpustakaan. Pak Kris ada di sana, sedang duduk. Kami menyapa Pak Kris. Dari depan pintu perpustakaan, Bu Elly muncul. Kami juga salam kepada Bu Elly. Tak lama, Pak Japar muncul dengan motornya. Kami pun menyapa Pak Japar.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11.35. Kami berniat kembali ke ruang AV. Aku berjalan dengan riang, hingga dari kejauhan terlihat tiga sosok anak Axiora yang sedang berjalan menuju masjid. Hari itu hari Jumat, maka para laki-laki pun sudah bersiap untuk melaksanakan sholat Jumat. Padahal ketiga sosok tersebut masih cukup jauh, namun salah satunya sukses membuatku tersenyum dan salah tingkah.

Pembagian ijazah, yang direncanakan selesai sebelum sholat Jumat, molor baru bisa dibagikan setelah sholat Jumat. Entah siapa yang harus disalahkan. Aku menunggu namaku dipanggil dengan sabar. Hanya satu sebenarnya yang kupikirkan, bagaimana aku pulang nantinya. Aku berjanji pada orang tuaku untuk tidak pulang terlalu larut, dan aku juga bukan orang yang dengan mudahnya berkata, “Ayah, Bunda, aku mau nginep di rumah si ini, ya!”

Namun hingga pukul 3 sore, namaku tak kunjung dipanggil. 20 menit kemudian, adzan asar berkumandang. Aku dan teman-temanku yang sama-sama belum cap tiga jari untuk ijazah, melaksanakan sholat asar terlebih dahulu, di masjid penuh kenangan, Ulil Albab. Barulah setelah sholat Asar, aku dapat cap tiga jari. Setelah itu, aku langsung pergi ke tempat kumpul Axiora, Saoenk Kito BSD (tentunya setelah menunggu abang-abang Gr*b datang).

Aku sampai di Saoenk Kito dengan keadaan pusing dan lelah. Lapar juga. Aku langsung naik tangga ke tempat yang telah dipesan BPH Axiora, dan langsung duduk di hadapan sebakul nasi dan ayam goreng. Karena rasa lapar yang tidak tertahankan, aku langsung menyantap menu makan-siang-tapi-dimakan-saat-sore dengan lahap. Mukaku pun sudah kusut tidak karuan, haha.

Waktu terus berjalan. “Fia, gimana kita pulang?” tanyaku panik. Aku dan Fia harus pulang dengan bis kembali. Sedangkan aku belum berada di halte bus saat itu. Arah menuju halte bus di Kebon Nanas pun aku tidak tahu. Aku kacau. Aku tidak mau menghancurkan kepercayaan orang tuaku.

Jadilah, tepat pukul 17.20, aku dan Fia berangkat dari Saoenk Kito menuju halte Kebon Nanas, dengan perasaanku yang campur aduk, meninggalkan sepotong kue ulang tahun Axiora yang belum sempat kucicipi.

***

Ada satu cerita, tepat sebelum aku pulang. Tak akan kujelaskan memang. Namun menyisakan satu pertanyaan.

Kapan kita bertemu kembali, ya?

You May Also Like

0 comments