• Home
  • About
  • Contact
    • Mail
  • She Talks Football
  • Untuk Nadhira
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram

encyclopedhira

Tak terasa, lima semester sudah kujalani.

Sudah dua kali aku membuat kaleidoskop semesteran Axiora.

Rasanya baru kemarin aku membuat Kaleidoskop Semester Empat Axiora.

Dan sekarang, waktunya mengumpulkan 81 foto terbaik untuk menjadi Kaleidoskop Semester Lima Axiora!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Apa sebutan untuk seorang dengan laptop di hadapannya, earphone yang menggantung di telinganya, dan berada di sebuah tempat berisi berbagai macam manusia yang melakukan hal serupa?


Ngantor.

Sebuah istilah yang dipopulerkan oleh anak laki-laki Axiora. Dan masih menjadi bahasa yang dimengerti anak Axiora. Alasan klise, nama lain dari main laptop. Kenapa namanya ngantor?

"Biar kece. Kesannya cari nafkah. Kayak orang lagi kerja," salah satu pengakuan seseorang.

Istilah ngantor baru booming di kelas awal semester XII ini. Setiap Sabtu, CSA buka untuk para siswa yang mengikuti kelas seni desain grafis agar mereka bisa mengambil laptop. Namun, dasar anak-anak, ada saja cara untuk siswa lain yang tidak terdaftar dalam seni DG untuk mengambil laptop. Karena seringnya CSA tidak dijaga pada pagi hari, memudahkan para siswanya (kelas XII apalagi) untuk mengambil laptop.

Jam pelajaran seni kelas XII berakhir jam 9:30. Namanya weekend, inginnya refreshing. Nah, ngantor  inilah salah satu bentuknya (hehe). Lihatlah siswa kelas XII seusai jam pelajaran seni. Ada sebagian yang jajan di Kopinma / saung, ada juga yang mencari tempat nyaman untuk memainkan laptopnya. Ada yang main di masjid, di salah satu ruang kelas (RKB), laboratorium siswa (labsis), bahkan perpustakaan.

Tujuan daripada ngantor ini banyak sekali. Untuk anak-anak rajin (atau kepepet deadline), ngantor dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas yang membutuhkan laptop. Sisanya, benar-benar menggunakan waktu tersebut untuk merefresh otak penat mereka. Perbandingan siswa yang mengerjakan tugas dan main juga cukup ekstrim. Mungkin 1 : 5. Biasanya, waktu ini digunakan untuk menonton film, atau maraton drama. Bisa juga streaming berbagai video Youtube.

Uniknya, ada waktu tertentu, hampir semua siswa yang ngantor berbondong-bondong mengerjakan tugas. Alasannya mudah ditebak. Deadline tugas tersebut adalah minggu depan, sedangkan minggu depan merupakan minggu penuh ulangan. Sebagai salah satu siswa yang sering ngantor, aku juga sering berbuat begitu. Sejujurnya, ngantor lebih banyak mainnya daripada ngerjain tugasnya. Hehe.

Axiora sendiri mempunyai beberapa tempat yang nyaman untuk ngantor. Untuk anak laki-laki mutlak. Mereka sering bermain di lantai 2 gedung GEO-PKN. Untuk anak perempuan, terbagi menjadi dua tempat. Masjid dan labsis. Namun, populasi orang ngantor di masjid bisa tiga kali lipatnya daripada yang di masjid. Mengapa? Karena di labsis banyak stopkontak. Ruangan labsis juga ber-AC yang bahkan ketika banyak orang pun masih terasa dingin. Keunggulan lainnya, labsis dekat dengan saung. Jadi, kalau ingin jajan, tinggal keluar, belok kiri, sampai deh di saung! :D

Laboratorium siswa seperti menjadi markas Axiora akhwat di hari Sabtu. Pernah kita menonton film bersama. Namun karena proyektor labsis tidak berfungsi dengan baik, jadilah kita menonton mengerubungi satu laptop. Tapi, yang terkenal dari ngantornya anak Axiora akhwat adalah karaokean. Bukan karokean lagu yang biasa didengar di Prambors FM, melainkan lagu Indonesia zaman SD-SMP. Zaman dimana kita tidak pernah menghafal lagu tersebut, namun bila kita dengar kita lancar menyanyikannya. Pemimpin karokean Axiora akhwat adalah sang DJ (kita menyebutnya begitu); ILEN NJUNG. Koleksi lagu Indonesia-nya—yang galau, yang alay, bahkan dangdut—sampai 3 GB.

Dan tahukah kalian? Kalau Axiora akhwat lagi karokean, suaranya terdengar sampai saung, bahkan sampai kelas di lantai atasnya, yang notabene adalah tempat ngantornya Axiora ikhwan.

Ngantor menjadi salah satu cara pelepas lelah setelah lima hari dicekcoki dengan pelajaran. Asal digunakan dengan bijak, ngantor  pasti akan menyenangkan dan bermanfaat. Hehehe.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
TRAIN TO KLENDER:

WHEREVER YOU GO, THEY CAN CATCH YOU




"Kok tiketnya kelebihan satu? Siapa yang nggak ada?"
*
 "Makanya, kalau mau pergi bilang dulu dong!"
*
"Tadi keretanya udah lewat tau."
*
"Naik satu angkot 19 orang?!"
*
"Bang, pertigaan Bang Boy dimana?"
*
"IBUUUUUUUUUUUUUUUUU...!!!"
*
"Happy birthday Bu Metig~"
*
"Maaf ya Bu, popcorn-nya habis."
*
"Lu naik bajaj berempat?!"
*
"Ada tempat duduk kosong gak?
*
"Doctor Strange ya!"
*
*
krik krik krik
*
*
"Beliau bakal nungguin kalian!"
*
*
*
"Bu, tadi kita ketemu..."
*
"Yaudah, nanti kita jelasin. Sekarang makan dulu."
*
"Kok belum nyampe"
*
"Woy, kita udah nunggu satu jam tahu!"
*
"Tadi kita juga ketemu..."
*
"Akhirnya formasi lengkap kembali!"
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ini bukan kisah tentang aksi damai menuntut persamaan hukum depan Istana Negara.

Ini juga bukan kisah tentang penyuaraan pendapat setelah Jumatan.

Tapi ini tentang aku, pada tanggal 4 November, sebelum Jumatan.

Hari ini, jam pelajaran SKI kosong (seperti biasanya). 

Waktu menunjukkan pukul 11:00. Sebuah desiran halus menghmapiri hatiku.

Aku berjalan keluar kelas, menuju perpustakaan.

Namun, sebelum sampai di perpustakaan, terlebih dulu aku berjalan ke arah saung. 

Satu porsi dim sum lenyap dalam waktu lima menit.

Berulang kali kulirik jam tangan biruku.

Aku yakin, seharusnya sebentar lagi.

Tapi mana?

5 menit, 10 menit, hingga 15 menit. Aku masih menunggu.

Aku masuk ke dalam Gedung Pendidikan, mengambil koran, dan membacanya.

Aku tak fokus apa dengan yang kubaca. Demi apapun itu.

Segera kukembalikan koran tersebut. Aku hampir menyerah.
Akhirnya, aku masuk ke dalam perpustakaan, sembari sedikit berharap.

Tak lama, sosok yang kutunggu pun muncul.

Ia menggendong tas, dan bersiap kembali ke asrama. Aku tahu itu.

Keluarlah aku dari perpustakaan. Kuberanikan diri menyebut namanya.

Ia menoleh.

Aku bertanya, "Hari ini khotbah Jumat ya?"

"Iya," jawabnya.

Aku menarik napas, mengumpulkan keberanian yang aku bangun sejak berbulan lalu, ketika mengetahui bahwa jadwal khotbah Jumat-nya adalah hari ini.

"Sukses ya, khotbahnya," kataku pada akhirnya.

Aku sempat melihatnya mengangguk, sebelum aku membalikkan badanku dan kembali ke kelas, dengan muka yang tidak dapat kujelaskan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Jujur.

Aku merasa sedikit berat hati.

Aku takut aku yang sepenuhnya salah.

Tapi aku tak percaya.

Aku hanya berharap kau memberi sedikit penjelasan.

Ternyata kau menuliskannya di tempat umum.

Duh semakin gundah aku jadinya.

Tapi ah, sudahlah.

Toh semuanya telah berubah.

Ya ampun.

Apa yang terjadi denganku?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hari sudah melewati pukul 14:15.

Kelasku, XII MIPA 4, masih berjibaku dengan soal-soal latihan pelajaran matematika peminatan bersama Bu Tyas.

Akibat sekelas dengan Jojo, aku jadi sering karaokean gak jelas, mengikuti apa yang ia nyanyikan.

Lagu Jojo identik dengan lagu galau. (kalau lagu Ilen identik dengan lagu alay)

"Kau hancurkan aku dengan sikapmu..." Jojo mulai bernanyi lagi.

Aku pun ikut menimpali. "Tak sadarkah kau telah menyakitiku..."

Setelah satu chorus lagu selesai, biasanya dilanjut dengan lagu lain.
Aku sedikit lupa lagu apa saja yang telah kita nanyikan.

Aku mendendangkan sebuah lagu, dari salah satu penyanyi terkenal Indonesia, Raisa.

"Sekarang aku tersadar... cinta yang kutunggu tak kunjung datang...."

Dan tiba-tiba...
"Alhamdulillaah."

ITU SUARA FEBI.

Seketika Akbar IW menimpali, "Akhirnya sadar juga Nad."
Bu Tyas pun tertawa sambil berkata, "Kalian ini kenapa, sih?"
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hai hai.

Adakah yang merindukan encyclopedhira di sini?

*colek Asma*

Tugas-tugas ini....

membuatku sedikit mengabaikanmu. :(

Maafkan aku.

Kali ini aku akan mem-posting satu cerita dulu ya.

Sudah hampir jam sepuluh rupanya, hehe.

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
20 August 2016.

It has been... 

2 years being students in MAN Insan Cendekia Serpong.

2 years getting dizzy with those events and OSIS.

2 years getting stressed of all the dormworks and exams.

2 years being together.

2 years sharing happiness.

2 years encouraging each other. 

2 years having a new family. 


Happy 2nd Anniversary, Axiora Vandernata Eternallic.

Wishing us all the best.

UN sukses! PTN jaya! jodoh lancar! xD

Bismillah! 


Well, it has been 2 years I know you. 

And it has been (almost) 2 years of.... admiring you? 

#apaan #sih
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sabtu lalu, tepatnya tangal 13 Agustus 2016, OSIS Cendekia melaporkan laporan pertanggungjawabannya kepada MPS Cendekia di Gedung Serba Guna MAN Insan Cendekia Serpong. Di tengah gerimis, Haris Abdul Majid, selaku ketua OSIS periode 2015/2016 membacakan laporan di mimbar yang telah disediakan.

Sekitar 30 menit ia membaca. Dalam hati, aku yakin, LPJ kali ini pasti diterima. Mengapa? Karena kita bekerja cukup baik. Tak ada laporan kegiatan (LK) yang telat, dan semua acara OSIS terlaksana dengan apik. Walaupun dari 91 program kerja ada satu yang tidak terlaksana, yaitu ICSS atau pertandingan bulu tangkis se-IC.

Pertanyaan dari panelis MPS pun berhasil Haris jawab dengan baik. Ketika sesi pertanyaan dari civitas, Haris malah terlihat seperti tersenyum cengengesan di mimbar. Duh ketua OSIS - sekaligus ketua angkatan gue -_-.

Insiden Ridho bertanya pada MPS mengenai bentuk konkrit pertanggungjawaban MPS terhadap civitas semakin membuat Haris menutup mulutnya menahan tawa.

Yang lebih lucu lagi, ketika ditampilkan video mengenai kriteria tolak-terima LPJ dan hasil kinerja OSIS sepanjang paruh kedua periode 2015/2016, para anggota OSIS tak kuasa menahan untuk bergoyang. Bagaimana tidak? Backsound video tersebut adalah instrumental Don't Let Me Down-nya The Chainsmokers. Sebagai anak-anak Prambors yang hampir setiap hari dicekcoki lagu beginian, aku pun semangat menggoyang tanganku hingga Mai yang berada di sampingku berteriak, "Mamdhir!"

Bahkan Ashari, selaku ketua MPS sekaligus panelis melihatku pun ikut tertawa.

Kami semakin gembira ketika mendengan surat keputusan MPS: LPJ DITERIMA!!!!!!

YUHUUUUUUUUUUUUUUUUUU!

Yaaah, walaupun divisiku, divisi Jurnalistik menempati urutan 8 dari 11 sih hehe. Dan itu pun ada beberapa divisi yang urutannya sama. Intinya, jurnal peringkat terakhir HEHEHE.

Dan aku merasa, LPJ kemarin menjadi LPJ terngakak yang pernah aku lewati hehe. Maaf ya Ashari. xP 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Welcome twelfth grade!

Last year in this holy dormitory.

Last year gathering with Axiora.

Last year being a school student.

Last year for seeing you in front of my eyes?

.
.
.
.
.

Will we meet again?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hari ini, aku dan keluargaku pergi ke kantor imigrasi kota Serang. Ayah juga. Beliau cuti sehari dari pekerjaannya.

Ayah, Bunda, aku, dan Nada mengurusi perpanjangan paspor (karena akan habis masa berlakunya, bukan karena sudah habis lembarannya😂). Sedangkan Najla akan dibuatkan paspor baru untuknya.

Cukup lama kami berada di kantor imigrasi karena banyak yang mengantre. Datang jam 08:30, kami baru keluar jam 11:30.

Sampai di mobil, Najla menangis.

"Abemnya di sini, di luar!"

Oh ya, Abem adalah nama boneka beruang milik Najla.

Ayah menggendong Najla keluar dari mobil sebentar, kemudian masuk lagi.

Mobil pun berjalan. Najla masih menangis.

"Abemnya di sini, di luar!" rengeknya sambil menunjuk kantor imigrasi.

"Kenapa Najla?" tanya Bunda.

"Abemnya di luar, difoto dulu..."

Bunda jelas menahan tertawa.

"Ooh, Abemnya suruh buat paspor juga De? Biar bisa ikut Ade naik pesawat?"

Najla menangguk.

Kemudian Ayah menyeletuk.

"Untung tadi ke kantor imigrasi gak bawa Abem. Kalau bawa, nanti Najla minta difotonya sama Abem."

Aku terkekeh. Dasar adikku yang satu ini.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Berawal dari sebuah pertanyaan: KRITERIA IDAMANMU di Ask fm, yang entah kenapa ingin aku post di sini.

Kuingat saat itu adalah libur akhir semester 3 lalu. Aku dan keluargaku berada dalam perjalanan menuju Bogor, ke suatu tempat dimana aku dan adikku akan menghabiskan waktu selama seminggu.

Bunda sedang getol-getolnya membicarakan tahfidz Alquran. Bunda ingin anak-anaknya menjadi hafidzah. (aamiin)

Tiba-tiba Bunda bicara.

"Kak, pokoknya Kaka kalau cari suami minimal hafalan Alqurannua di atas Kaka. Kalau misalnya Kaka hafal 10 juz, suami Kaka harus hafal minimal 11 juz."

Ini kenapa Bunda tiba-tiba bicara seperti itu, ya? -_-

Kemudian Bunda melanjutkan.

"Nanti calon suami Kaka dites dulu sama Pak Zul (guru ngaji di rumah). Tapi Bunda doain Kaka dapat suami hafidz Quran!"

Masih di saat yang sama, Bunda berujar lagi.

"Kak, kalau Kaka memang gak mau jadi dokter, berarti suami Kaka yang harus dokter!"

Aku, yang tengah duduk di kursi belakang, hanya bisa mengaamiinkan untuk yang terbaik, sambil senyum-seyum gitudeh.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Buka puas bersama, menjadi kumpul terakhir Acafella.

Berisikan game semacam eat bulaga, menebak satu anak Acafella dengan menyebutkan ciri-ciri yang tidak boleh spesifik.

Jika salah menebak, akan mendapat dare.

Dare-nya bermacam-macam. Mulai dari baca Alquran, joget, fashion show, hingga bicara pada Azmi, "Azmi, kita cukup sampai disini saja, ya."

Salah satu anak Acafella menjadi peserta terakhir game ini.

Ia salah menebak. Dan tersisa 2 dare lagi yang bisa dipilih.

Ia membuka satu kertas dare, dan disana tertulis: Bilang ke Nadhira "Nadhira, semangat ya!"

Awalnya ia ragu. Ia dibolehkan membuka kertas dare yang satu lagi. Isinya: Berjalan seperti fashion show, dan di ujungnya berkata, "Gue ganteng kan?"

Ia memilih dare pertama. Bilang "Nadhira, semangat ya!"

Aku disuruh duduk di hadapannya. Agak jauh memang.

Amal merekam ketika ia berbicara, sedangkan Ziyad merekam ekspresiku.

"Nadhira, semangat ya!"

Seketika, seisi kelas langsung heboh.

"Hiw hiw hiw!"

"Aaaah!"

"Ih comeeee!"

Anak-anak perempuan berteriak kegirangan.

Salah satu anak perempuan berteriak, "Weh, bilangin ke itu ya, Nadhira udah move on!"

Aku tak kuasa menahan tawa.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
I-FUN 1437 H. menjadi acara internal terakhir yang diikuti kelasku di penghujung semester 2 TA 2015/2016. Acara ini bertujuan untuk memeriahkan Ramadhan, juga mengisi kegabutan sebelum pulang ke rumah (hore!).

Salah satu lomba yang ada di acara ini adalah lomba masak ta'jil. Dimana pemeran utama dalam masak memasak ini adalah para perjaka kelas. Anak laki-laki ditantang untuk menghidangkan menu buka puasa berbahan dasar kurma. Tapi tenang saja, demi menghindari kegaduhan dan kehancuran peralatan memasak, ditunjuk satu anak perempuan untuk mengarahkan para lekaki.

Acara yang dilangsungkan sore hari ini berlangsung meriah. Bagaimana tidak, hampir semua anggota kelas dari masing-masing kelas ikut menyaksikan proses memasak. Bahkan, dari 22 anggota Acafella, yang tidak datang hanya 1 orang!

Yang pertama datang Muflih, Faris, Amal, dan Arfan. Muflih dan Faris bertanya kita mau masak apa. Sayangnya, yang mengetahui bahan-bahan dan takarannya, yaitu Vara, sedang berkeliling ke rumah guru untuk mencari baskom.

Tak lama kemudian, para pencari alat memasak—Vara, Tyas, Azmi pun datang ke GSG. Bahan-bahan memasak sudah ada di tempat Acafella masak. Ada tepung terigu, maizena, oreo, telur, susu, dan tentu saja kurma.

Vara bilang, campurkan tepung terigu, sedikit maizena, dan telur ke dalam baskom. Faris melakukannya.

"Faris, bisa gak mecahin telurnya?" tanya Muflih.

"Bisa kok bisa."

Tiba-tiba Faris menyahut. "Eh, ini gak ada baking powder-nya?"

Vara pun panik. "Lah, kita udah nulis baking powder kok di daftar belanjaan!"

Aku yang dari tadi diam saja menengok ke kanan dan ke kiri, siapa tahu ada kelas lain yang memiliki baking powder.

Dan aha! Tepat di belakang tempat memasak Acafella, ada yang punya baking powder! Langsung saja kuminta kepada kelas tersebut. Awalnya kelas tersebut menolak, namun aku bilang, "Kalian juga gak bakal pake segini banyaknya kan?"

Akhirnya Acafella mendapatkan 2 sendok baking powder.

Karena peralatan memasak yang minim, pengocokan adonan pun dilakukan dengan cara manual. Literally manual. Pake tangan, bung. Tangan Faris dan Muflih menjadi saksinya.

Sedang asyiknya mengaduk, Muflih bertanya. "Eh, kita ini mau bikin adonan kayak gimana? Kayak donat atau pisang goreng? Kalau donat diaduknya begini, kalau pisang goreng diaduknya begini," Muflih bertanya sambil mempraktikan gaya mengaduk donat dan pisang goreng.

Wow. Bahkan aku baru tahu mengaduk adonan saja banyak caranya. Jeng jeng.

"Kayak donat Pleh," ucap Vara.

Di sisi lain, Amal sedang sibuk memisahkan oreo dan krimnya. Dia menaruh krim oreo di atas tisu dan berkata, "Jangan dibuang ya! Buat gua makan pas buka puasa nanti!"

Sedangkan Arfan berkutat membuang biji kurma. Kali ini semakin banyak anak laki-laki yang datang. Daffa sang ketua kelas dan Syafiq si wakil ketua kelas disuruh memblender kurma.

Arfan menyeletuk, "Syafiq, blender kurmanya sambil senyum ya. Biar tambah manis."

Balik lagi ke tempat adonan. Faris menambahkan susu cair ke dalam adonan, yang kemudian diprotes Muflih. "Weh Ris, kebanyakan!"

Setelah lama mengaduk lagi, Faris pun sadar. "Eh, kayaknya susunya kebanyakan deh. Gimana kalau ditambahin lagi aja susunya, biar jadi adonan pancake."

Aku kena tampar lagi. Bahkan aku tidak tahu macam-macam adonan kue.

Vara mengangguk. Faris menambahkan susu lagi. Muflih dan Faris semakin semangat mengaduk.

Amal sudah selesai memisahkan oreo dan krimnya. Karena oreonya akan dicampur ke dalam adonan, maka oreo tersebut harus dihancurkan.

Tak ada penghancur, otot lelaki pun jadi. Dimasukkanlah oreo-oreo tersebut ke dalam plastik, dan anak laki-laki bergantian meninjunya.

Amil paling semangat bagian tinju meninju. Syafiq juga. Bahkan seorang Aldrin Rama pun tak mau kalah. Semua bergantian meninju oreo dalam plastik tersebut, hingga oreo tersebut benar benar hancur seperti bubuk.

Seperti biasa, setiap lomba masak, apa yang direncanakan di awal akan selalu berbeda ketika pelaksanaannya. Yang tadinya hendak membuat seperti donat, menjadi pancake. Pembuatan saus kurma pun mendadak muncul idenya. Arfan yang mengeksekusi pembuatannya. Dipandu Vara, ia dengan sabar mengaduk kurma yang sudah diblender dengan air dan susu untuk dijadikan saus.

Setelah adonan selesai diaduk, waktunya memasak! Tapi sebelum dimasak, adonan terlebih dulu dicicipi. Beberapa anak perempuan yang tidak puasa berkesempatan untuk mencicipi. Awalnya mereka mencicipi ngumpet-ngumpet. Namun Faris protes.

"Udah gak usah malu-malu, kalau makan ya makan aja!"

Akhirnya yang tidak puasa malah berebutan menyolek adonan. -___-

Urusan masak memasak diserahkan kepada Faris dan Muflih. Dari sinilah kita mengetahui bakat terpendam mereka berdua. Bahkan aku kalah, bro.

Percobaan pertama membuat pancake cukup gagal. Namun seiring berjalannya waktu, Faris dan Muflih semakin lihai membalikkan pancake supaya tidak hancur.

Di tengah-tengah memasak, Faishal datang membantu. Dia bertugas menuangkan adonan ke wajan, sementara Muflih membalikkan pancake yang hampir matang. Faris sibuk membersihkan sampah, karena kebersihan masuk ke dalam kriteria penilaian.

Dhana mempunyai tempat makan berbentuk bulat. Vara mendapat ide. Ia menyuruh Arfan mencetak pancake yang sudah matang namun sedikit tidak berbentuk itu ke dalam tempat makan milik Dhana. Jadilah pancake dengan bentuk bulat sempurna.

Setelah semua adonan dimasak, Amal dan Arfan menata pancake di atas piring. Mereka melakukannya dengan hati-hati.

Tiba-tiba, Arfan bertanya. "Eh, ini ada presentasinya gak? Kalau ada, siapa yang mau presentasi?"

Muflih menjawab. "Syafiq aja. Biar menang."

Syafiq langsung menendang Muflih.

Arfan berkata lagi. "Iya Fiq, lo aja. Nanti pas presentasi senyum ya, biar makin manis makanannya."

Anak-anak kelas pun terbahak.

Waktu sudah habis, dan hari hampir maghrib. Setelah menaruh makanan di meja juri (ternyata tidak ada presentasi, yaah!), anak-anak berebutan membagi sisa-sisa pancake. Karena yang membuat anak laki-laki, maka mereka berhak mendapatkan jatah pancake lebih banyak. Sedang anak perempuan, mendapat lebih sedikit, dan tidak mendapat saus kurmanya.

Adzan berkumandang. Anak laki-laki sudah berada di masjid, sedang anak perempuan berbuka puasa di GSG, sembari merapikan peralatan masak. Kita makan dengan cukup barbar. Namun, kita mengakui, bahwa pancake oreo saus kurma karya anak lelaki Acafella Manalagi cukup enak. (atau mungkin karena lapar?!)

Tadaa! Dan inilah komposisi bahan dari pancake oreo saus kurma ala Acafella, berdasarkan penuturan anak kelas:

1. 400 gr tepung terigu
2. 2 sendok tepung Maizena
3. Susu
4. Telur
5. 2 sendok baking powder
6. Tangan Muflih
7. Tangan Syafiq
8. Kurma, diblender
9. 10 gr tinjuan Amil
10. Sedikit sengatan cinta Rama
11. Keringat Amal
dan terakhir...
12. 5 gr senyuman Syafiq

Tadaa! The result!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ramadhan 1437 H. kali ini insyaallah akan menjadi Ramadhan terakhirku sebagai siswa Insan Cendekia. Tak terasa ya, tahun depan sudah mau lulus saja. Rasanya, baru Ramadhan 2 tahun lalu aku pertama kali masuk asrama, dan sekarang, sudah tinggal di gedung H.

Ramadhan 3 tahun kebelakangan ini bertepatan dengan libur sekolah. Alhasil, liburan pun sedikit bertambah lama. Pun menghabiskan Ramadhan kebanyakan di rumah.

Ramadhan di IC dan di rumah, apa sih bedanya?

1. Ramadhan di IC, jelas tidak bisa menonton iklan sirup M*rjan. Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, bulan Ramadhan belum afdol tanpa iklan sirup M*rjan. Bahkan Alya dan Icha berfatwa (?) bahwa syarat sah bulan Ramadhan adalah iklan sirup M*rjan. Pada dasarnya anak IC yang terlalu kreatif, beberapa kali kita nongkrong di teve yang terdapat di kopinma hanya untuk mencari iklan M*rjan, sampai diprotes Bang Adi karena yang nonton bisa lebih dari 10 orang.

2. Untuk urusan ibadah, aku akui Ramadhan di IC akan selalu lebih produktif. Kalau di rumah sering sekali tertidur setelah sholat subuh hingga bablas berjam-jam, di IC, walaupun habis subuh juga suka tidur—hehe—biasanya ketika asmaul husna dikumandangkan aku sudah terbangun dan baru memulai mengaji.

3. Bahkan beberapa hari terakhir sebelum pulang ke rumah aku mengendap di masjid setelah subuh hingga jam 7 pagi. Jadi, aku sempat melaksanakan sholat Duha di masjid, baru kemudian balik asrama untuk—tidak perlu disebutkan, ya. ^_^

4. Sholat tarawih pun paling enak ya di IC. Imamnya masyayikh Insan Cendekia. Bacaannya tartil, juga pendek. Rata-rata sekitar 1-2 halaman dalam 8 rakaat tarawih. Kalau di masjid dekat rumah, imamnya cepat benar. Padahal, tarawih sendiri berasal dari kata راح yang artinya istirahat. Karena itulah aku tidak pernah tarawih di masjid dekat rumah lagi.

5. Aku sholat tarawih berjamaah dengan keluarga di rumah. Biasanya setelah Ayah pulang dari masjid untuk sholat Isya. Tapi kadang-kadang, kita baru memulai tarawih jam 10 malam, bahkan pernah jam 11 malam. Sudah agak mengantuk huhuhu.

6. Tingkat kerajinan sholat berjamaah di masjid paling tinggi jelas di IC. Subuh, di masjid. Dzhuhur, selalu kuusahakan di masjid. Asar, biasanya juga di masjid (karena sering ketiduran di masjid sehabis sholat Dzhuhur). Maghrib dan Isya, sudah pasti. Kalau di rumah, jangankan di masjid, berjamaah saja jarang. :'<

7. Kalau makan sahur di rumah, bangun tidur-cuci muka-langsung makan. Kalau di IC, bangun tidur-sikat gigi cuci muka-bangunin teman sekamar-ganti baju-jalan ke kantin-baru makan. Jadi di IC sahurnya lebih fresh. (?)

8. Alhamdulillah, 10 hari terakhir Ramadhan selalu diajak orang tua untuk itikaf. Kalau sekiranya 10 hari terakhir Ramadhan kuhabiskan di IC, aku yakin Masjid Ulil Albab pun akan penuh dengan para ahlul masjid Insan Cendekia, hehe.

9. Enaknya Ramadhan di rumah, jelas, bisa kapan saja main laptop, hoho. Apalagi sekarang aku lagi senang membuat digital art. Siang malam kuhabiskan di depan layar laptop, kecuali untuk sholat, ngaji, mandi, bantu orang tua, makan, dan nonton teve, muehehe. ._.v

10. Terakhir. Karena Ramadhan kali ini ditemani oleh Euro 2016, aku bisa menontonnya kapan saja (baca: kalau aku bangun dan teve tidak disabotase Najla). Kalau di IC, lagi-lagi mengandalkan kopinma, itupun hanya pertandingan sebelum jam 10, hahaha. xD

Tapi yang jelas, dimana pun kita melewati bulan Ramadhan, tetaplah untuk memperbanyak ibadah. Allah sudah kasih best offer di bulan suci ini. Masa kita tidak mau mengambilnya?

Ya Allah, sampaikanlah aku pada bulan Ramadhan tahun depan, ya.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bienvenidos, July. Hola.

Whoa, I can't believe it's already July, and the holy month Ramadan will be end soon...

And I'm here, sitting in font of my laptop, in the middle of the night, busy chatting with my Nuney, talking about something doesn't really important duh.

It's the last days of Ramadan, tobat Dhir, tobat. Ke masjid sana, itikaf. Haha.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Seminggu itu, anak-anak kelas sibuk merencanakan masa depan—demi tugas Pak Away bernama peta hidup.

Amal sedang sibuk menulis sesuatu di kertas peta hidupnya, ketika beberapa anak perempuan—juga Arfan, kumat isengnya.

Tyas pertama memulai.

"Mal, siniin dong peta hidup lu!"

Tak lama Tyas menulis sesuatu di kertas peta hidup Amal. First baby, umur 17 tahun. Get married (first wife) umur 18 tahun.

"Astaghfirullah Amal MBA." ujar Arfan.

Aku pun tak kalah iseng. Di kolom umur 26, kutulis: Nikah lagi sama sahabat istri pertama.

Arfan juga mulai ikut-ikutan. Ditulislah: Nikah yang ketiga kalinya di umur 30an.

"Gantian dong!" cegah Amal.

Ia menulis: Punya channel Youtube sendiri.

Tyas menulis lagi, di kolom setahun setelahnya: Diblokir Youtube. Dan di kolom setelahnya lagi: Diblokir Google.

Begitulah seterusnya. Bahkan Arfan menulis: Punya istri di setiap pulau di Indonesia di kolom umur 40an. Dan di penghujung umur Amal, aku menulis: 99 selingkuhan di langit Nusantara.

Gara-gara Amal dan banyak istrinya, aku jadi suka mengisengi anak laki-laki dengan bertanya, "Mau punya istri berapa?"

Kala itu aku bertanya ke Muflih. "Pleh, mau punya istri berapa?"

Seperti biasa, Muflih tidak bergeming. Yang menyahut malah Dhana. "Sekarang gua yang tanya Dhir. Lu mau punya suami berapa?"

Aku yang sedang nemplok di pintu kelas pun diam.

Vara menyahut, "2 aja cukup ya Dhir, jangan banyak-banyak."

Tiba-tiba, seseorang menyeletuk.

"Boro-boro dua, satu aja belum tentu dapet."

Ahmad Sirojul Millah.

Sontak, anak-anak perempuan protes.

"Astaghfirullah Amil, jahat banget!"

"Emang ya si Amil cowok yang paling sering bikin Nadhira nangis."

"Parah lu Mil, si dia aja gak pernah bikin Nadhira nangis."

"Sabar Dhir, emang minta dipites si Amil."
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Suatu malam, Axiora akhwat sedang berkumpul di kelas SKI, lantai 1 RKB bersama wali asrama tercinta, Bu Evi.

Bu Evi bercerita ketika beliau sakit yang menyebabkan hampir 2 minggu beliau tidak berada di IC.

"Waktu itu Ibu masuk angin. Lumayan lah, ada Safe Care, jadi panas badannya, agak enakan."

Icha menyeletuk.

"Ah, Safe Care mah kurang panas, panasan Acafella."

#ifyouknowwhatshemeans
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
(Baca postingan sebelum ini biar mengerti jalan ceritanya, ya. :v)

Salah satu anak Acafella terlalu rajin. Gara-gara pelajaran kimia itu, dia menuliskan reaksi tersebut di kertas.

Saat ulangan bahasa Arab, kertas itu tergeletak di belakang. Lantas, Pak Zein mengambilnya dan menaruhnya di meja.

Seusai ulangan, Pak Zein bertanya, "Ini apa maksudnya?" sambil mengacungkan kertas berwarna biru tersebut.

Icha, yang selalu duduk di depan menjawab, "Oh, itu Pak, natrium sama seng gak bisa bereaksi, karena natriumnya terlalu reaktif."

"Jadi, si N ini sama seng tidak bereaksi?" tanya Pak Zein lagi.

Seketika kelas terdiam.

Icha menyadari sesuatu.

"Oh, kalau Bu Novi sama Pak Zein mah bisa, Pak."
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
DISCLAIMER: Beberapa unsur tidak kusebutkan lambangnya, cari sendiri ya. :p

Pak Deni menyalin satu soal dari lembaran latihan ke papan tulis.


Beliau bertanya, "Apa hasil dari reaksi tersebut?"

Sontak, anak-anak menjawab, "CuCl2 dan gas H2 Pak!"

Pak Deni menggeleng. "Bukan itu jawabannya."

Pak Deni berjalan menuju papan tulis, lalu menambahkan sesuatu pada reaksi tersebut.



"Cu dan HCl tidak bereaksi!"

Salah satu dari kami bertanya, "Lho, kenapa Pak?"

"Lihat LKS kalian, di bawah tabel 2. Disitu ada deret kereaktifan. Semakin ke kiri, semakin reaktif. Lihat, Cu berada di sebelah kanan H. Artinya HCl tidak bisa diganggu gugat," terang Pak Deni.

Icha, yang saat itu duduk di sampingku berbisik, "Eh Dhir, kalau bla bla bla bla bla bisa gak ya?"

Aku terkekeh. "Tanyain aja Cha."

Icha mengacungkan tangannya.

"Iya, ada apa Sabrina?" tukas Pak Deni.

"Pak, kalau seng bereaksi sama natrium bisa gak, Pak?"

"Apa? Seng dan natrium klorida?"

Kali ini, seisi kelas yang menjawab. "Iya, Pak!"

Pak Deni menuliskan reaksi tersebut di papan tulis, kemudian bertanya, "Ada yang tahu apa jawabannya?"

Seketika kelas hening.

Pak Deni mengambil spidol, menaruhnya di tulisan persamaan reaksi seng dan natrium klorida tersebut, dan dengan getakan cepat membuat coretan di anak panah persamaan reaksi tersebut.

"Seng dan natrium klorida tidak dapat bereaksi!" jelasnya.

"HA!" satu kelas bersorak bersamaan.

Icha masih penasaran. "Kenapa, Pak?"

"Lihat lagi dong di tabel 2 kalian, natrium di sebelah mananya seng?"

"Kiri, Pak!"

"Nah, artinya natrium lebih reaktif daripada seng, makanya gak bisa bereaksi."

"Tuh Dhir, denger Dhir. Elu gabisa bereaksi Dhir."

Aku hanya bisa tersenyum.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
1 Ramadhan dari waktu ke waktu


1 Ramadhan 1435 H. (2014): Hari pertama masuk asrama

1 Ramadhan 1436 H. (2015): 2 hari sebelum pulang ke rumah tercinta

1 Ramadhan 1437 H. (2016): Besoknya ulangan kimia


.-.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hi.

I'm facing the final exam now.

But tomorrow's exam is computer, so we don't need to study hard (??)

And CSA is open only for 11th grade to do their KIR project.

Well, I'm here. In the middle of CSA, opening my blog.

Don't worry, My KIR is insyaallah finished.

Whoa. Miss you so much, encyclopedhira. ^_^

OH MY GOD I JUST READ THE NEWEST EPISODE OF MY PRE WEDDING WEBTOON!!! GEEZ I GET BAPER OH GOSH!

Suddenly thinking about marriage. Duh, still long time to go. In my life map I chose 25/26 as the age of my marriage. Halah, Dhir. Fisika aja dulu.
UYEAH. I AM -NO- WE ARE DONE WITH SECOND GRADE'S BIOLOGY. I GOT HUSNUL KHOTIMAH SCORE AT THE END OF DAILY EXAM, IN THE REPRODUCTIVE SYSTEM CHAPTER.

Huaaaaaaaaaa! Still a week to go until the end of the final exam.
Pray for us, ya! ><

REMINDER:
THE HOLY MONTH RAMADHAN IS COMING IN SIX DAYS!

CAN'T WAIT TO MEET!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hai.

Gak kerasa ya, sudah hampir satu tahun kita bersama. Dari kelas masih di lantai 2 RKB, merasakan gak punya kelas tetap, sampai kelas Matematika jadi base camp kita.

Oke, ini bukan edisi baper. Nadhira cuma mau menyampaikan sesuatu:

NADHIRA MOHON MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA BUAT ANAK ACAFELLA YANG SERING NADHIRA BULLY, TERUTAMA KETUA KELAS TERCINTA, DANY MUHAMMAD DAFFA.

Aku gak maksud membully kok, kita semua sayang Daffa sebenarnya, tapi kadang-kadang. Daffa adalah ketua kelas paling tahan banting yang pernah Nadhira temui. Kalau gak ada Daffa, apa jadinya Acafella. Nggak ada bahan bullyan. EH.

NADHIRA JUGA MAU MINTA MAAF KHUSUSNYA BUAT ORANG YANG SERING AKU 'GODAIN', ALDRIN RAMA AZRIAN.

Selama ini aku bercanda Ram. Aku gak suka kamu kok. Aku cuma pengen kamu lebih banyak tersenyum menikmati dunia. Tenang aja. Selama ini Vara sama Tyas jadi garda terdepan membela kamu Ram. Hehehe. 

RAMA, JANGAN LUPA MAKAN YANG BANYAK YA BIAR JADI BERISI! ^_^
EDISI MENJELANG RAMADHAN JUGA, NADHIRA MAU MINTA MAAF BUAT TEMAN-TEMAN YANG PERNAH NADHIRA KOMPORIN. ;---)

Pokoknya aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Tapi aku gak janji bakal berhenti kompor. Maklum, jiwa-jiwa gas LPG sudah menyatu dengan jiwa.

POKOKNYA, SUKSES UAS SEMUA! SEBENTAR LAGI LIBUR, INGAT! KITA SALING MENDOAKAN YA! <3
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
EDISI SISTEM REPRODUKSI

Tita U.
"Finally! Pertama kali nilai gua di atas 70!"

Nadhira
"Yes! akhirnya boleh nikah!"

Daffa
Nadhira: "Daffa, jantan gak?"
Amil: "Daffa mah betina."

Ferry
Kito: "Weh gile si Ferry remed!"
IW: "Fer! Nggak jantan lo!"

Jojo
"Seriusan nilai gua 92? Gila! Boleh juga."
Nadhira: "Master lu, Jo!"

Icha
"Kenapa di saat orang lain bahagia, gue sengsara???! Ketika yang lain gak remed, nilai gue 74. Hiks!"
Marwah: "Gapapa Cha, artinya kamu masih polos."

Hanif Imam
(nunjuk nilainya)
(melongo)
"Gua... gak mandul!"

Bu Etty
"Gimana (sebut nama orang), jantan gak kamu?"   
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
WE CLAIMED THE SECOND POSITION.

FINISHED ABOVE TOTTENHAM.

NEXT SEASON: PREMIER LEAGUE TROPHY!

#COMEONYOUGUNNERS

#VICTORIACONCORDIACRESCIT
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Long weekend? Time to go out!


ICE. Big Bad Wolf.
 AEON. Watching Civil War together.

With our beloved homeroom teacher, Ms. Arthi!
I walked from ICE to AEON. Heheh.
Actually Amal shot several videos. He interviewed most of us when we were finding books in the book fair. And he shot... boyband?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Salah satu acara dari rangkaian kegiatan I-CARE 2016 adalah donor darah, yang dilaksanakan pada hari Jumat, 23 April lalu. Banyak murid yang sengaja bolos masuk kelas untuk mencoba mendonorkan darahnya.

Begitu pula aku. Tekad yang satu ini sudah terbesit sejak setahun lalu, pada acara yang sama. Aku berazam bahwa tahun ini aku harus bisa donor darah karena sebelumnya aku ditolak PMI sebab tekanan darah sedikit rendah.

I will not explain you about what did I do in wisma (the place that the blood donor was held), but here I will tell you the story after the blood donor in the class.

Aku dan Vara datang ke kelas tepat setelah istirahat, sekitar jam 10:15. Pelajaran matematika dasar. Bu Arthi belum datang. Aku duduk di bangku favoritku--paling belakang, menenteng bingkisan yang diberikan PMI setelah donor.

Dan kisah pun dimulai.
"Ih gue gak bisa donor nih!" keluh Azmi.

"Habis Hb-mu rendah sih," ucapku.

"Aku juga gak bisa! Tekanan darahku rendah!" dengus Maul.

"Kasihan," hibur Tyas.

"Tau nih, sama PMI aja ditolak, apalagi sama dia," cerocos Azmi.

Uhuk. Aku terbatuk ketika meminum susu yang diberi PMI, dan sesaat kemudian tertawa.

***
"Eh, sebelum donor periksa apa aja deh?" tanya Amal.

"Periksa tekanan darah sama cek Hb doang," jawabku.

"Nggak periksa kolestrol sama gula?" tanya Amal lagi.

"Lo kira mau donor darah atau cek diabetes?!" geram Febi.

"Ya siapa tau donor darah bisa menguruskan badan."

Amal melirikku dan Febi.

***
Nadhira's iseng mode: on

"Depaaaaaaa (baca: Daffa), kok gak ikut donor?" celetukku.

Bukan Daffa yang menjawab, tapi Muflih. "Lo mau Daffa tambah lemes apa?"

Aku terkikik.

"Nggak sekalian tanya Rama, Dhir?" tambah Faris.

"Rama, kok nggak...."

Aku menutup mulutku, tak kuasa untuk melanjutkan.

***
Vara

"Aduh Tyas, habis donor nih, gak boleh ngangkat yang berat-berat."

"Bu Arthi, habis donor Bu. Gak boleh mikir yang berat-berat."

"Azmi, angkatin dong, habis donor, nih."

***
Edisi wali kelas kompor

Pelajaran Bu Arthi sudah mulai, dan Syafiq telat masuk kelas.

"Syafiq, kenapa telat?" tanya Bu Arthi.

"Habis donor, Bu," jawab Syafiq.

"Wah, tumben kamu senyum. Ibu jarang liat kamu senyum, lho. Apa perlu Syafiq donor darah terus supaya tersenyum?"

Seisi kelas berteriak, "Eaaaaa."

"Habis donor dikasih apa aja?" tanya Bu Arthi lagi.

"Susu, Pop Mie, sama Pocari Sweat, Bu," jawab Syafiq.

"Sama dikasih nomor HP suster-suster petugasnya, Bu," celetuk Arfan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sore ini, sesaat sebelum ulangan biologi,

Aku duduk di kursi guru, menggertukan nilai yang kudapatkan pada ulangan biologi sebelumnya, materi sistem saraf.

Well, I got 63. Hehe.

Aku sedikit merasa kesal karena 'orang itu' mendapatkan nilai hampir 85.

"Ish, pinter banget dah itu orang. Nilainya 84 koma sekian,"curhatku.

Febi, yang tengah berjalan ke kursi deretan belakang, menyahut.

"Iya lah, calon dokter nilai biologinya harus bagus!"

Aku hanya terkekeh.

Kemudian, Febi menyerocos kembali.

"Eh Dhir, pasangan fisika-biologi tuh keren ya.

Kayak Pak Nur sama Bu Etty, pasangan fisika-biologi olimpiade,

Tamam-Tamara juga come. Fisika-biologi. Namanya hampir sama pula.

Kalau Nadhira sama 'itu' sih... Hmm, pasangan fisika-biologi juga sih,

tapi...

tapi...

Nggak lucu aja."

Okaay, byeeeeeeeee.
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Setelah 3 minggu menghilang, akhirnya kutemukan kau!

"Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
(QS. Ghafir: 60)

SD card kesayangan, terakhir kulihat adalah setelah perlombaan akustik Vellajuel 2016. Esoknya, aku sama sekali tidak bisa menemukan SD card yang kubeli seminggu sebelum Sonic Linguistic 2016.

Aku gelisah. Seriusan. That SD card is like a gold for me. That's a precious thing.

Aku berdoa, bahkan aku menyempatkan sholat hajat saat waktu Duha sebelum berangkat sekolah.

Hingga ketika homestay aku terpaksa meminjam SD card Jihan. Pun ketika aku memulangkampungkan kameraku. Tidak ada SD card  di dalamnya.

Tepat hari Kamis, 14 April 2016, saat adzan Asar berkumandang. Aku keluar dari kamar mandi masjid. Aku terperangah karena mendengar suara jejatuhan air hujan yang deras.

Aku teringat sesuatu. Salah satu doa yang diijabah Allah SWT. adalah saat hujan tiba.

Lalu aku berdoa. Ya Allah, mudahkanlah hamba mencari SD card hamba. Aku butuh, sebentar lagi i-Care....

Di kamar, sesaat setelah merendam baju untuk dicuci, aku duduk di kursi meja belajar, dan iseng mengambil buku 'Surat untuk Muslimah' yang diberikan Ziyad padaku sebagai hadiah ulang tahunku.

Aku melihat suatu halaman yang mempunyai 'jarak' yang bisa dibilang tidak normal bila disisipi pembatas buku.

Aku terperanjak. "YA ALLAH, MAKASIH YA ALLAH!"

Aku tak kuasa untuk berteriak menemukan SD card yang selama ini kucari di dalamnya. Bahkan aku tak ingat pernah menyimpannya di dalam buku tersebut.

Kekuatan doa memang dahsyat.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Tahu gak, kenapa anak Acafella sering menyebut-nyebut, "Jijik"?

Semua berawal ketika waktu mengerjakan UH Matdas materi statistika akan berakhir.

Daffa menghitung mundur, dari 10, 9, 8, dan seterusnya.

Aku duduk di paling belakang, hendak mengumpulkan soal dan jawaban.

Ketika aku berada di depan kelas, keluarlah niat iseng seorang Nadhira.

"Daffa, kalau countdown yang tegas dong. Gak kedengeran tau sampai belakang. Gimana, sih? Masa' kedis suaranya kecil? Pantas aja ya banyak yang telat, madol apalagi. Ckckck, gimana sih?!" cecarku.

Kemudian, Daffa menjawab,

"Apaan, sih. Udah udah, pindah sana, pindah!"

Seketika hening.

"Jijik!"

Daffa mengumpat (benarkah?) kepadaku.

Sedetik kemudian, Faishal tertawa terbahak-bahak.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Selamat datang, kami adalah penjual nasi goreng keliling bernama Acafella Manalagi! Dengan motto, just burn it, everywhere and everytime, dan buka 24 jam setiap harinya, nasi goreng ini ingin menunjukkan eksistensinya sebagai penjual nasi goreng terpanas di seluruh dunia. Dimana keduapuluh dua anggota Acafella Manalagi turut menyumbang sesuatu demi lancarnya penjualan nasi goreng tek-tek ini.

Ayo kita tengok satu-satu.

Dimulai dari komponen utama dalam membuat nasi goreng: Kompor!

Yang pertama, kompor pasti membutuhkan gas. Tyas-lah gas tersebut. Sebagai bahan bakar, ia tidak pernah kehabisan cadangan api untuk memasak nasi goreng.

Apinya sendiri merupakan Vara. Dari api merah sampai api biru yang paling panas, ia punya. Apinya sendiri hobi membakar barang-barang lain. Wajan, nasi, bawang, bahkan kerupuk pun ia bakar.

Penghubung antara gas dan kompornya—regulator—adalah Icha. Ia bisa mengarahkan mau dikemanakan apinya. Mau membakar wajan-kah, membakar nasi-kah, atau bahkan membakar abang-abang penjual nasi gorengnya.

Kompor pasti memiliki pemantik. Pemantiknya adalah Maul, yang bisa ia besar-kecilkan sesuka hati dengan kekuatan psikopatnya. Terkesan tidak berarti apa-apa, namun sekali diputar, wuush, apinya langsung membesar.

Memasak nasi goreng membutuhkan wajan. Keras, hitam, tidak bergeming walau digeser kanan-kiri, dan selalu terkena api. Yap, itulah Daffa! Si ketua kelas tahan banting!

Setelah wajan ditaruh di atas kompor, hal yang pertama dilakukan adalah memanaskan minyak. Supplier minyak nasi goreng tek-tek Acafella Manalagi adalah si Japanese-wanna-be boy, Arfan! Bisa melelehkan segala hal, bahkan mencipratkan minyaknya kepada orang lewat tak berdosa.

Komponen utama nasi goreng tentu saja: Nasi! Si anak kecil kebelet dewasa—Amil—lah yang menjadi nasi. Dimasak dan dibakar, tetapi malah menjadi enak (baca: keasyikan). Selalu bersama wajan, tidak bisa apa-apa. Yaa walaupun ia bisa menyerap minyak, sih.

Namanya nasi goreng, pasti butuh kecap. Si pemanis ini biasa membuat kerak di wajan, tapi si wajan—seperti biasa tetap menerima. Selain berfungsi membuat nasi goreng menjadi manis, Ziyad juga dapat meletup-letup jika terciprat minyak yang panas.

Satu lagi pelengkap si wajan: Spatula! Hobinya ya ngaduk-ngaduk nasi dan mukul-mukulin wajan kalau sedang keliling mencari pelanggan. Kalau sudah mukul-mukulin wajan, suaranya bisa memecah keheningan malam. Perkenalkan, spatula nasi goreng Tek-tek Acafella Manalagi, Amal! (plus Ichlasul, kadang-kadang)

Terkadang kalau gas hampir habis, nasi goreng tek-tek Acafella Manalagi membutuhkan kipas untuk memperbesar api di kompornya. Namun, tak hanya saat gas habis, hampir di setiap waktu Febi menggunakan kipasnya—tentunya, selain untuk membesarkan api—juga berfugsi buat ngadem.

Nasi goreng tidak lengkap tanpa bumbu. Bumbu-bumbu penyedap ini—yang membuat rasa nasi goreng menjadi asin dan gurih—adalah Syafiq. Tidak berperan langsung dalam proses bakar membakar, tetapi berperan langsung menambah cita rasa nasi goreng—beserta kompor dan gasnya.

Sedangkan Rama, hanyalah sebongkah batu (baca: anak kebumian) yang disimpan abang-abang penjual nasi goreng yang dipakai ketika tidak ada lagi nasi yang harus dimasak.

Diam-diam menambah rasa pedas pada nasi goreng. Bon Cabe level 22 namanya, Dhana orangnya. Sama seperti si bumbu, tidak berperan langsung dalam membakar, namun, jika sudah ditaburkan, pedas dan panasnya tiada terkira.

Selain bumbu, nasi goreng juga membutuhkan bawang-bawangan. Bawang putih dan bawang merah. Kedua jenis bawang ini biasa dimasak (baca: dibakar) langsung, ketika minyak sudah cukup panas, sebelum memasak nasi goreng. Merekalah pecinta kucing dan maniak novel, Faishal dan Inas.

Benda yang satu ini suka disimpan di mana saja. Dipakai hanya ketika pemantik tidak bisa bekerja. Dialah Adra, si korek api! Kalau tidak digesek dia tidak bergeming. Namun, kalau sudah menyala, panasnya menyamai apinya kompor.

Nasi goreng tidak bisa dimakan tanpa piring dan sendok. Piring dan sendok yang dipakai terbuat dari besi. Memang, Irun sih diam, tapi dengan sifat konduktornya, ia pun bisa panas bila didekatkan dengan api.

Yang tajam, cocok buat motong-motong, dan bisa terkonduksi panas—siapa lagi kalau bukan pisau. Selain bisa digunakan memotong kerupuk menjadi bubuk kecil, Muflih juga hobi memotong-motong wajan. Sesuai dengan slogannya, setajam silet.

Serpihan-serpihan kerupuk. Itulah Nadhira. Renyah (baca: garing) sih, tapi pasti dirindukan kalau makan nasi goreng. Bunyi kriuk-kriuknya menambah sensasi memakan nasi goreng yang panash dan pedash.

Jualan nasi goreng tidak afdol kalau tidak pakai gerobak. Dikemas dengan kata-kata yang menarik dan gambar yang menggugah selera, ditambah lagi kemampuan ala sales promotion girl, Salsa membuat jualan nasi goreng ini menjadi semakin laris.

Terkadang, ketika gas membucahkan seluruh isinya, pemantik mulai memutar posisi kompor menjadi maksimal, spatula sudah memukul-mukul wajan, (negara) api mulai menyerang, minyak mulai panas, dan kipas semakin memperbesar api, dibutuhkan pendingin—air untuk menetralkannya kembali. Faris, the most gentleman guy ever, merupakan sosok tepat untuk memadamkan kobaran api.

Dan terakhir,

Siapa yang ingin berkenalan dengan abang-abang penjual nasi goreng tek-tek ini? Si pengatur segalanya, mulai dari gas, api, minyak, spatula, nasi, bumbu, bahkan hingga sendok dan piringnya, semua dikuasai olehnya. Azmi, tak hanya jago dalam urusan bakar membakar, juga jago dalam urusan memengaruhi orang lain agar membeli nasi gorengnya. Bahkan, kalau ia sangat bersemangat, ia dapat memasak hingga membakar satu gerobak penuh!

Nah, keseluruhan elemen pembentuk ini saling bekerja sama membuat nasi goreng tek-tek Acafella Manalagi terkenal di seantero dunia—Insan Cendekia tepatnya.

Jadi, ada yang tertarik membeli nasi goreng tek-tek Acafella Manalagi?
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
I found this.

Jika ingin memotret subjek secara candid namun subjek memergoki anda sedang memotret dia, senyum saja. Subjek pasti akan membalas senyum.

Yakin bisa? Kayaknya aku langsung pasang tampang watados, deh.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Di perjalanan menuju rumah,

seorang Bunda berujar.

"Kak, nanti liburan bikin KTP ya."

Seketika aku lupa sudah 17 tahun.

Duh, tua ya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sekali-kali, Nadhira bikin Unsent Letter yang 'bener' ah.

Teruntuk Amil, Rama, dan Faishal
yang sedang berjuang meraih kemenangan

Halo. Long time no see ya. Rasanya, sudah hampir sebluan kalian meninggalkan kelas. Jujur ya, kelas rasanya beda tanpa kalian. Gak ada yang dengan sigap mencet tombol proyektor di kelas, gak ada anak kecil yang biasa dibully, dan gak ada yang rajin belajar—atau gak tidur di pojokan kelas.

Gak ada Amil yang enak buat ditanyain kalau ada pelajaran yang tidak dimengerti, gak ada Faishal yang selalu diceng-cengin sama Inas, juga gak ada Rama yang masih nunggak hutang kas semester 1.

Apalagi Amil. Satu dari sedikit anak ikhwan yang biasa aku curhati, ya walaupun curhatannya tentang 'itu-'itu' aja.

Buat Faishal, aku minta maaf ya kalau selama ini aku sering ngomporin kamu. Tapi kayaknya bukan aku doang yang begitu. Febi juga, ya. Bahkan Febi lebih-lebih, hehe. Habisnya, Inas cerita, kalau Faishal kesel sama aku gara-gara itu, so forgive me ya. Tapi aku gak janji gak bakal ngomporin lagi, hehe. Peace. ._.v

Rama, makasih udah bayar hutang kas semester 1-nya. Kau tahu, itu masih kurang 5.000 ya. Well, aku berterima kasih sih setelah aku menuliskan sesuatu di halaman depan slide biologimu, sehabis Dzuhur kamu langsung menitip uang pada Daffa buat bayar kas, hehehe.

Gak kerasa ya, besok, kalian udah berangkat OSP. Di mana? Anyer? Sukses terus ya buat kalian bertiga, dan tak lupa juga buat pejuang lainnya.

Semoga segala ikhtiar yang kalian lakukan dan doa yang kalian panjatkan membuahkan hasil yang terbaik dari Allah SWT. Kami semua berharap kalian bisa melanjutkan perjuangan kalian hingga ke tingkat nasional, dan bersama-sama melantangkan teriakan "Go get gold!" di penjuru Insan Cendekia.

Kalian yang mengorbankan ujian tengah semester untuk mengikuti pelatihan (kira-kira, di rapor kalian tertulis apa ya-_-), kalian yang sempat bertandang ke Bandung untuk mengikuti pelatihan (lagi) dan Faishal yang memberikan oleh-oleh untuk kelas (btw, makanannya langsung ludes seketika), kalian yang rela waktu malamnya tersita untuk belajar di wisma, dan kalian yang bahkan tak mengeluh tetap berkutat dengan soal di hari libur, semoga semua perjuangan kalian tidak sia-sia.

Amil, Rama, dan Faishal,

Bila sudah kembali lagi ke kelas, jangan lupa bantu teman-teman sekelasmu menyukseskan program Yang Penting Nggak WO di acara Legionnaire kali ini. Satu lagi, kalian harus lihat video parodi kelas Acafella Manalagi yang insyaallah keren! (karena sejujurnya kita belum mulai shooting)

Doa kami selalu menyertaimu.

Dari bendahara kelas tercinta,
Nadhira
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Siang itu, di kelas XI MIPA 4, selepas pelajaran matematika dasar, dimana materi yang dipelajari adalah peluang.

"Berapa banyak cara yang dapat dilakukan oleh Nadhira untuk menarik perhatiannya?" Azmi menyahut.

Seketika kelas hening.

Tiba-tiba...

"Tak hingga." 

Celetuk seseorang, yang tak lain adalah si anak-kecil-kebelet-dewasa—Amil.

"Terus, berapa peluang Nadhira mendapatkan hatinya?" lanjut Azmi.

Lagi-lagi Amil yang menjawab.

"Hmmm, mendekati nol."
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Berawal dari sebuah kalimat,
"Nadhira. Absen 12 siapa?"

Seketika sekelas ribut.

"Sumvil Dhir, muka lo kayak kepiting rebus!"

Dasar kelas kompor.


Insan Cendekia, 22:00 pm.
Di tengah derasnya hujan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ceritanya besok ulangan Mat. das, tapi masih berleha-leha di lantai dua masjid.

Bukan belajar atau lanjutin cerpen.

Malah main laptop.

HAHA.

Mutiara hikmah sudah terdengar.

Sepertinya CSA akan tutup.

Bye.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Orang-orang menyebutnya Hitung Mundur. Ketika seseorang tidak lagi melihat bayangannya di cermin, kaca, maupun jendela. Ketika yang ia lihat adalah sebuah angka, yang katanya angka tersebut adalah jumlah hari terakhir sebelum ia mati. Orang-orang menyebutnya Hitung Mundur. Sebuah tanda yang dapat mengubah hidup seseorang, berdasarkan penuturan Pak Tua Dennis. Ia bercerita bahwa seseorang bisa melakukan apa saja yang ia impikan terakhir kali, sebelum Sang Apollyon – malaikat kematian – menemuinya.

Sebegitu dekatkah aku dengan kematian?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Namanya Cika. Umurnya sekiar 2 tahun. Namun, karya yang ia hasilkan sudah mencapai ribuan. Lebih dari sepuluh ribu, mungkin. Cika menjadi saksi sejarah pertumbuhan dan perkembangan seorang Almira Najla Alesha. Dari umur 6 bulan, hingga beranjak 2,5 tahun. Cika juga yang bisa membuat seorang Nadhira senyum-senyum sendiri tidak jelas. Membuat seorang Nadhira begadang semalaman cuma melihat gambar tak bergerak.

Namanya Cika. Diperkenalkan ke Insan Cendekia pertama kali saat Idul Adha 1435 H. Baru 3 bulan bersemayam di IC, Cika sudah menghabiskan 20 GB memori netbook Nadhira.

Namanya Cika. Hobinya jalan-jalan. Bandung, Bali, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, pernah disinggahinya. Entah liburan, atau kunjungan sekolah.

Namanya Cika. Tipenya EOS Rebel T3. Setara dengan 1100D. Lensanya juga standar, cuma 18-55 mm.

Namanya Cika. Ia sangat tangguh. Filter lensanya pernah retak, terkena guncangan di sebuah truk. Cika pernah terciprat air laut di Yogyakarta. Sempat kritis sekitar 1 bulan. Ketika mau dibetulkan, eh tiba-tiba sembuh kembali. Pernah juga jatuh dengan keadaan lensa menghadap lantai di Gedung Serba Guna. Alhasil, pemutar zoom-nya sempat bermasalah. Dapat digunakan kembali setelah dipaksa diputar.

Namanya Cika. Semuanya serba manual. Autofocus-nya sudah tidak berfungsi lagi. Jika melihat hasil rekaman, tak terdengar suaranya. Namun bila melihat di komputer, akan terdengar. Bahkan untuk membuka flash-nya saja harus ditarik.

Namanya Cika. Asal usul namanya saat LDK. Kak Asdo memanggil Nadhira dengan nama Cika. Entah atas dasar apa. Sebagai penghormatan, nama itu Nadhira berikan pada benda kesayangannya.

Namanya Cika. Ia mengajari Nadhira banyak hal. Autodidak, bahasanya. Walau masih pemula, Nadhira bolehlah bangga. Karena ia dilabelkan sebagai dokumnya Axiora.

Namanya Cika. Orang bilang, ia belahan jiwanya Nadhira!


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Nadhira KA, 21. An architecture student who loves photography and proudly be as a Gooner.

Follow Us

  • twitter
  • instagram
  • behance

Categories

  • Nadhira dan Cinta Pertama
  • karena kita; Axiora
  • kehidupan ITB
  • kepingan kenangan

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  November 2023 (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  August 2020 (1)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
  • ►  2019 (5)
    • ►  June 2019 (4)
    • ►  May 2019 (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  June 2018 (2)
    • ►  May 2018 (1)
  • ►  2017 (45)
    • ►  December 2017 (3)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  October 2017 (2)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  August 2017 (1)
    • ►  July 2017 (15)
    • ►  June 2017 (5)
    • ►  May 2017 (14)
    • ►  February 2017 (1)
  • ▼  2016 (39)
    • ▼  December 2016 (1)
      • Semester Lima
    • ►  November 2016 (3)
      • Fenomena Ngantor
      • Train to Klender
      • Aksi 4 November
    • ►  September 2016 (3)
      • Hmm
      • Sing Along
      • Hai
    • ►  August 2016 (3)
      • HAPPY 2ND ANNIVERSARY, AXIORA!
      • LPJ oh LPJ
      • 12th Grade
    • ►  July 2016 (6)
      • Cerita dari Kantor Imigrasi
      • Kriteria Idaman (Menurut Bunda?!)
      • "Nadhira, Semangat ya!"
      • Pancake Oreo Saus Kurma
      • Ramadhan di IC vs Ramadhan di Rumah
      • Hello, July
    • ►  June 2016 (6)
      • Demam Peta Hidup
      • Edisi Wali Asrama
      • Kimia di Bahasa Arab
      • Kimia; Filosofi Kehidupan
      • 1 Ramadhan
      • In The Middle of UAS
    • ►  May 2016 (4)
      • Unsent Letter; Maaf Menjelang UAS
      • Macam Ekspresi Melihat Hasil UH Biologi
      • THE END OF SEASON 2015/2016
      • Acafella on Vacation
    • ►  April 2016 (7)
      • Dibalik Donor Darah
      • Fisika-Biologi
      • Akhirnya Kutemukan!
      • Ji... jik?
      • Nasi Goreng Tek-Tek
      • Well, yeah
      • Coming Back to Home!
    • ►  March 2016 (2)
      • Unsent Letter; Surat Kecil dari Fella
      • Peluang
    • ►  February 2016 (3)
      • Seperti Biasanya
      • 17:30
      • Sepenggal Cerita dari Tugas B. Indonesia
    • ►  January 2016 (1)
      • Cika
  • ►  2015 (46)
    • ►  December 2015 (8)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  September 2015 (4)
    • ►  August 2015 (6)
    • ►  July 2015 (3)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (1)
    • ►  April 2015 (3)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (8)
    • ►  January 2015 (2)
  • ►  2014 (24)
    • ►  December 2014 (7)
    • ►  November 2014 (4)
    • ►  October 2014 (12)
    • ►  September 2014 (1)

Facebook

ThemeXpose