­

Demam Peta Hidup

by - June 25, 2016

Seminggu itu, anak-anak kelas sibuk merencanakan masa depan—demi tugas Pak Away bernama peta hidup.

Amal sedang sibuk menulis sesuatu di kertas peta hidupnya, ketika beberapa anak perempuan—juga Arfan, kumat isengnya.

Tyas pertama memulai.

"Mal, siniin dong peta hidup lu!"

Tak lama Tyas menulis sesuatu di kertas peta hidup Amal. First baby, umur 17 tahun. Get married (first wife) umur 18 tahun.

"Astaghfirullah Amal MBA." ujar Arfan.

Aku pun tak kalah iseng. Di kolom umur 26, kutulis: Nikah lagi sama sahabat istri pertama.

Arfan juga mulai ikut-ikutan. Ditulislah: Nikah yang ketiga kalinya di umur 30an.

"Gantian dong!" cegah Amal.

Ia menulis: Punya channel Youtube sendiri.

Tyas menulis lagi, di kolom setahun setelahnya: Diblokir Youtube. Dan di kolom setelahnya lagi: Diblokir Google.

Begitulah seterusnya. Bahkan Arfan menulis: Punya istri di setiap pulau di Indonesia di kolom umur 40an. Dan di penghujung umur Amal, aku menulis: 99 selingkuhan di langit Nusantara.

Gara-gara Amal dan banyak istrinya, aku jadi suka mengisengi anak laki-laki dengan bertanya, "Mau punya istri berapa?"

Kala itu aku bertanya ke Muflih. "Pleh, mau punya istri berapa?"

Seperti biasa, Muflih tidak bergeming. Yang menyahut malah Dhana. "Sekarang gua yang tanya Dhir. Lu mau punya suami berapa?"

Aku yang sedang nemplok di pintu kelas pun diam.

Vara menyahut, "2 aja cukup ya Dhir, jangan banyak-banyak."

Tiba-tiba, seseorang menyeletuk.

"Boro-boro dua, satu aja belum tentu dapet."

Ahmad Sirojul Millah.

Sontak, anak-anak perempuan protes.

"Astaghfirullah Amil, jahat banget!"

"Emang ya si Amil cowok yang paling sering bikin Nadhira nangis."

"Parah lu Mil, si dia aja gak pernah bikin Nadhira nangis."

"Sabar Dhir, emang minta dipites si Amil."

You May Also Like

0 comments