­

Dibalik Donor Darah

by - April 26, 2016

Salah satu acara dari rangkaian kegiatan I-CARE 2016 adalah donor darah, yang dilaksanakan pada hari Jumat, 23 April lalu. Banyak murid yang sengaja bolos masuk kelas untuk mencoba mendonorkan darahnya.

Begitu pula aku. Tekad yang satu ini sudah terbesit sejak setahun lalu, pada acara yang sama. Aku berazam bahwa tahun ini aku harus bisa donor darah karena sebelumnya aku ditolak PMI sebab tekanan darah sedikit rendah.

I will not explain you about what did I do in wisma (the place that the blood donor was held), but here I will tell you the story after the blood donor in the class.

Aku dan Vara datang ke kelas tepat setelah istirahat, sekitar jam 10:15. Pelajaran matematika dasar. Bu Arthi belum datang. Aku duduk di bangku favoritku--paling belakang, menenteng bingkisan yang diberikan PMI setelah donor.

Dan kisah pun dimulai.
"Ih gue gak bisa donor nih!" keluh Azmi.

"Habis Hb-mu rendah sih," ucapku.

"Aku juga gak bisa! Tekanan darahku rendah!" dengus Maul.

"Kasihan," hibur Tyas.

"Tau nih, sama PMI aja ditolak, apalagi sama dia," cerocos Azmi.

Uhuk. Aku terbatuk ketika meminum susu yang diberi PMI, dan sesaat kemudian tertawa.

***
"Eh, sebelum donor periksa apa aja deh?" tanya Amal.

"Periksa tekanan darah sama cek Hb doang," jawabku.

"Nggak periksa kolestrol sama gula?" tanya Amal lagi.

"Lo kira mau donor darah atau cek diabetes?!" geram Febi.

"Ya siapa tau donor darah bisa menguruskan badan."

Amal melirikku dan Febi.

***
Nadhira's iseng mode: on

"Depaaaaaaa (baca: Daffa), kok gak ikut donor?" celetukku.

Bukan Daffa yang menjawab, tapi Muflih. "Lo mau Daffa tambah lemes apa?"

Aku terkikik.

"Nggak sekalian tanya Rama, Dhir?" tambah Faris.

"Rama, kok nggak...."

Aku menutup mulutku, tak kuasa untuk melanjutkan.

***
Vara

"Aduh Tyas, habis donor nih, gak boleh ngangkat yang berat-berat."

"Bu Arthi, habis donor Bu. Gak boleh mikir yang berat-berat."

"Azmi, angkatin dong, habis donor, nih."

***
Edisi wali kelas kompor

Pelajaran Bu Arthi sudah mulai, dan Syafiq telat masuk kelas.

"Syafiq, kenapa telat?" tanya Bu Arthi.

"Habis donor, Bu," jawab Syafiq.

"Wah, tumben kamu senyum. Ibu jarang liat kamu senyum, lho. Apa perlu Syafiq donor darah terus supaya tersenyum?"

Seisi kelas berteriak, "Eaaaaa."

"Habis donor dikasih apa aja?" tanya Bu Arthi lagi.

"Susu, Pop Mie, sama Pocari Sweat, Bu," jawab Syafiq.

"Sama dikasih nomor HP suster-suster petugasnya, Bu," celetuk Arfan.

You May Also Like

0 comments