­

Ramadhan di IC vs Ramadhan di Rumah

by - July 04, 2016

Ramadhan 1437 H. kali ini insyaallah akan menjadi Ramadhan terakhirku sebagai siswa Insan Cendekia. Tak terasa ya, tahun depan sudah mau lulus saja. Rasanya, baru Ramadhan 2 tahun lalu aku pertama kali masuk asrama, dan sekarang, sudah tinggal di gedung H.

Ramadhan 3 tahun kebelakangan ini bertepatan dengan libur sekolah. Alhasil, liburan pun sedikit bertambah lama. Pun menghabiskan Ramadhan kebanyakan di rumah.

Ramadhan di IC dan di rumah, apa sih bedanya?

1. Ramadhan di IC, jelas tidak bisa menonton iklan sirup M*rjan. Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, bulan Ramadhan belum afdol tanpa iklan sirup M*rjan. Bahkan Alya dan Icha berfatwa (?) bahwa syarat sah bulan Ramadhan adalah iklan sirup M*rjan. Pada dasarnya anak IC yang terlalu kreatif, beberapa kali kita nongkrong di teve yang terdapat di kopinma hanya untuk mencari iklan M*rjan, sampai diprotes Bang Adi karena yang nonton bisa lebih dari 10 orang.

2. Untuk urusan ibadah, aku akui Ramadhan di IC akan selalu lebih produktif. Kalau di rumah sering sekali tertidur setelah sholat subuh hingga bablas berjam-jam, di IC, walaupun habis subuh juga suka tidur—hehe—biasanya ketika asmaul husna dikumandangkan aku sudah terbangun dan baru memulai mengaji.

3. Bahkan beberapa hari terakhir sebelum pulang ke rumah aku mengendap di masjid setelah subuh hingga jam 7 pagi. Jadi, aku sempat melaksanakan sholat Duha di masjid, baru kemudian balik asrama untuk—tidak perlu disebutkan, ya. ^_^

4. Sholat tarawih pun paling enak ya di IC. Imamnya masyayikh Insan Cendekia. Bacaannya tartil, juga pendek. Rata-rata sekitar 1-2 halaman dalam 8 rakaat tarawih. Kalau di masjid dekat rumah, imamnya cepat benar. Padahal, tarawih sendiri berasal dari kata راح yang artinya istirahat. Karena itulah aku tidak pernah tarawih di masjid dekat rumah lagi.

5. Aku sholat tarawih berjamaah dengan keluarga di rumah. Biasanya setelah Ayah pulang dari masjid untuk sholat Isya. Tapi kadang-kadang, kita baru memulai tarawih jam 10 malam, bahkan pernah jam 11 malam. Sudah agak mengantuk huhuhu.

6. Tingkat kerajinan sholat berjamaah di masjid paling tinggi jelas di IC. Subuh, di masjid. Dzhuhur, selalu kuusahakan di masjid. Asar, biasanya juga di masjid (karena sering ketiduran di masjid sehabis sholat Dzhuhur). Maghrib dan Isya, sudah pasti. Kalau di rumah, jangankan di masjid, berjamaah saja jarang. :'<

7. Kalau makan sahur di rumah, bangun tidur-cuci muka-langsung makan. Kalau di IC, bangun tidur-sikat gigi cuci muka-bangunin teman sekamar-ganti baju-jalan ke kantin-baru makan. Jadi di IC sahurnya lebih fresh. (?)

8. Alhamdulillah, 10 hari terakhir Ramadhan selalu diajak orang tua untuk itikaf. Kalau sekiranya 10 hari terakhir Ramadhan kuhabiskan di IC, aku yakin Masjid Ulil Albab pun akan penuh dengan para ahlul masjid Insan Cendekia, hehe.

9. Enaknya Ramadhan di rumah, jelas, bisa kapan saja main laptop, hoho. Apalagi sekarang aku lagi senang membuat digital art. Siang malam kuhabiskan di depan layar laptop, kecuali untuk sholat, ngaji, mandi, bantu orang tua, makan, dan nonton teve, muehehe. ._.v

10. Terakhir. Karena Ramadhan kali ini ditemani oleh Euro 2016, aku bisa menontonnya kapan saja (baca: kalau aku bangun dan teve tidak disabotase Najla). Kalau di IC, lagi-lagi mengandalkan kopinma, itupun hanya pertandingan sebelum jam 10, hahaha. xD

Tapi yang jelas, dimana pun kita melewati bulan Ramadhan, tetaplah untuk memperbanyak ibadah. Allah sudah kasih best offer di bulan suci ini. Masa kita tidak mau mengambilnya?

Ya Allah, sampaikanlah aku pada bulan Ramadhan tahun depan, ya.


You May Also Like

0 comments