­

#SalamRamadan – Day 8

by - June 03, 2017

MENCOBA MENDEKAT


Suatu ketika, seseorang terjebak di antara barisan perempuan bergaun putih, dengan wajah yang memancarkan cahaya. Indah nian rupa para wanita tersebut. Dengan senyum yang selalu menghiasi wajah mereka, para wanita tersebut bersiap memasuki sebuah gerbang yang dijaga oleh makhluk yang tak kalah indahnya.

Seseorang tersebut tertegun. Siapakah mereka? batinnya.

Mengapa aku berada di barisan ini?

Seseorang tersebut berdiri di barisan paling belakang. Walau begitu, ia bisa mendengar percakapan yang terjadi di depan gerbang yang berada cukup jauh darinya.

“Apa pertanggungjawabanmu terhadap Alquran?” tanya sang penjaga gerbang.

Seorang wanita yang berdiri tepat di hadapan sang penjaga tersebut, menjawab dengan tenang, “Saya hafal 30 juz Alquran dengan mutqin.”

“Kalau begitu, masuklah.”

Wanita tersebut kemudian memasuki gerbang yang di dalamnya terhampar taman yang keindahannya tidak dapat disamakan dengan apapun di muka bumi ini.

Kemudian wanita selanjutnya, terus ke belakang, diperkenankan memasuki gerbang tersebut. Makin belakang barisannya, semakin sedikit hafalan Alquran yang mereka punya.

Kini, tibalah seseorang tersebut berhadapan dengan sang penjaga gerbang. Ia takut, gugup. Keringat dingin membasahi tubuhnya.

“Apa pertanggungjawabanmu terhadap Alquran?”

Seseorang tersebut tidak mampu berkata-kata. Mulutnya seolah terkunci. Tak mampu ia menjawab pertanyaan dari sang penjaga gerbang. Ia tahu, ia tidak pernah menghafal Alquran. Membacanya saja masih terbilang jarang. Lantas, mengapa ia berada di barisan para penjaga kitabullah tersebut?

***

Merinding aku mendengar kisah yang dituturkan Teh Tiwi, salah satu temanku di PPA. Ia menjelaskan bahwa selama seminggu ia mengalami mimpi seperti itu. Berada di antara barisan penghafal Alquran, sedang ia belum pernah mencoba menghafalnya.

“Jujur, dulu aku pernah meremehkan orang-orang yang menghafal Alquran. Buat apa sih, mereka menghafalkan Alquran? Membacanya saja sudah mendapat pahala, kan? Capek capek banget buat ngafalin semuanya,” jelas Teh Tiwi.

Namun, semua itu berubah setelah Allah Yang Maha Cinta memberikannya hidayah lewat mimpi tersebut. “Sampai akhirnya, Allah menegurku. Allah menegurku lewat mimpi yang setiap kali aku bangun, aku pasti keringat dingin. Akhirnya aku sadar, bahwa keutamaan menghafal Alquran itu sangat besar. Bisa menjadi salah satu cara agar kita bisa cepat masuk surga.”

Suasana halaqah pada waktu menjelang dzhuhur tersebut seketika menjadi hening. Para peserta PPA kalut dalam pikirannya masing-masing. Begitu pula aku. Halaqah kali ini membahas tentang motivasi para peserta dalam mengikuti program PPA ini dan berbagi cerita dalam menghafalkan Alquran.

Banyak cerita yang kudapatkan dari teman-teman baruku. Ada yang menjelaskan bagaimana perjuangan berdarah-darah–sampai begadang dalam menghafal Alquran, hingga keinginan untuk mencoba lebih dekat dengan surat cintaNya dari hasutan si dunia itu. Ada yang menimbulkan gelak tawa, ada juga yang menjadi bahan renungan bersama.

Ketika Almyra dan Dhina berkata bahwa mereka agak menyesal bersekolah di Insan Cendekia yang pelajaran Tahfizh-nya tidak berjalan dan menyebabkan ziyadah mereka sedikit terganggu, aku justru merasa bersyukur. Ya, aku menemukan motivasi menghafalku di sini. Melihat teman-teman yang sudah banyak hafalannya, membuatku semakin bersemangat memanjakan diriku dengan ayat-ayat suciNya.
Kalau boleh jujur, aku baru mulai rajin murojaah ya di Insan Cendekia. Semasa SMP, aku baru memurojaah hafalan baruku bila guru mengajiku akan tiba di rumah. Itu pun harus hompimpa dahulu dengan adikku, Nada, siapa yang akan mengaji duluan. Setelah kupikir-pikir, kacau juga diriku saat itu.

Kembali kepada halaqah yang sedang kuikuti. Bunga, temanku yang baru saja akan naik ke kelas XI, telah menyelesaikan 30 juz hafalannya. Ia menuturkan bahwa murojaah jauh lebih sulit daripada menghafalnya. Aku pun berpikir. Menghafal Alquran saja sudah cukup sulit, bagaimana murojaah­-nya ya? Tapi, sesulit apapun menghafal dan murojaah, lebih sulit lagi mengamalkan apa yang telah kita baca dan hafalkan. Karena menjadi seorang penjaga Alquran itu bukan hanya seberapa banyak ayat yang kau hafal, melainkan seberapa banyak kebaikan yang bisa kau lakukan dengan Alquran tersebut.

Namun, jangan hanya karena itu, kita menyerah dalam menghafal Alquran. Menghafal Alquran, ungkap Jihan, merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Karena semakin banyak kau membaca ayat-ayat cintaNya, semakin jatuh pula kau mencintai penulisnya. Insyaallah.

Kata Jihan, “Kalau ada jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah yang terbuka, mengapa tak kita coba menempuhnya? Siapa tahu Allah ridho.”

You May Also Like

0 comments