"Ya Allah, sedikit lagi," "Bu, remedialnya kapan?" "Nomor ini gimana caranya sih?" "Yes, ngasalnya bener!" Begitulah macam-macam ekspresiku setelah menghadapi ulangan, terlebih pada mata pelajaran menyenangkan sekaligus menakutkan, bernama matematika. Aku yang sekarang, bukan seperti dulu. Dahulu, dengan mudahnya aku meraih nilai diatas 90 pada mata pelajaran matematika. Tak perlu belajar keras, nilai 95 sudah ditangan. Pun dengan mata pelajaran lainnya. Walaupun aku...
Aku yang dulu, tinggal 24 jam di rumah. Aku yang dulu, pergi ke sekolah diantar becak. Aku yang dulu, dapat menonton teve sepuasnya. Aku yang dulu, tak pernah keluar rumah. Aku yang dulu, tak pernah melihat indahnya langit malam. Aku yang dulu, tak pernah mencuci sendiri. Aku yang dulu, jika ingin membeli sesuatu tinggal katakan pada Bunda. Aku yang dulu, handphone bisa di...
Aku tak tahu bagaimana harus memulainya. Bahkan tak tahu dengan cara apa aku mengakhirinya. Setelah semua yang telah terjadi, aku hanya bisa mendesah pelan. Teruntuk kau yang tak pernah melihatku. Jika kau berikan satu kesempatan padaku untuk bicara padamu, izinkan aku mengucapkan satu kata yang tak pernah kuutarkan. Maaf. Maaf atas segala keegoisanku. Maaf telah membuatmu merasa tidak nyaman. Maaf bila aku terlalu...