Sebagian dari Iman
النَّظَافَةُ مِنَ الْإيْمَانِ
النَّظَافَةُ مِنَ
الْإيْمَانِ
النَّظَافَةُ مِنَ
الْإيْمَانِ
Kebersihan adalah
sebagian dari iman. Kalimat
tersebut selalu membayangiku setiap kali aku membersihkan meja samping kulkas. Kebersihan
adalah sebagian dari iman. Kalimat itu lagi yang muncul di benakku setiap kali
aku menyapu lantai asrama. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Kalimat
itu pula yang seakan menerorku saat aku merapikan sandal depan asrama.
Dan bersamaan dengan itu, sebuah
ayat muncul di benakku. Sebuah ayat di surah Al-Hujurat, bukan ayat-ayat yang
pernah dihafal saat pelajaran aqidah akhlak semasa madrasah dulu, tetapi satu
ayat setelah Allah memerintahkan manusia untuk saling mengenal.
"Orang-orang Arab Badui
itu berkata: “Kami telah beriman.” Katakanlah, “Kamu belum beriman, tapi
katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan
jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit
pun pahala amalanmu; seseungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hujurat: 14)
Apa maksudnya Allah mengingatkanku
akan hadits tentang kebersihan dan ayat tentang iman dan islam?
Walau sanad dari hadits tersebut
adalah dhaif, tapi aku yakin Allah pasti merencakan sesuatu padaku.
Aku mulai berpikir. Menyusun
potongan-potongan puzzle dalam benak dan logikaku. Karena aku tidak
mempunyai tafsir surah Al-Hujurat, aku merengungkannya ala kadarku saja,
dibantu oleh penjelasan Ustad Samsu pada pembinaan aqidah yang telah lalu.
Ah, ya. Sepertinya aku mulai memahaminya.
Jika kebersihan
merupakan sebagian dari iman, maka seseorang belum dikatakan beriman bila ia
tidak menjaga kebersihan. Begitu, kah?
Betapa kebersihan sangat diagungkan
dalam Islam. Mantan ketua YPM Salman ITB, Pak Syarif Hidayat, dalam acara Salman
Spiritual Camp (SSC) menegaskan bahwa adab masuk toilet–bahkan masuk masjid sekalipun,
bukan membaca doa, melainkan menjaga kebersihan.
Begitu tingginya derajat
keimanan. Aku merasa malu bila aku meninggalkan asrama (dalam hal terkecil,
kamar) dalam keadaan tidak rapi. Belumlah aku dikatakan beriman kepada Allah,
padahal iman berarti kepercayaan. Belumlah iman masuk ke dalam hatiku, apabila
aku tak taat perintah Allah dan RasulNya.
Padahal, ibarat sebuah rumah,
iman merupakan fondasinya. Bila iman tidak sempurna, kita hanya bisa dikatakan
sebagai manusia yang tunduk/Islam (quuluu aslamnaa). Maukah membangun sebuah
rumah tanpa fondasi yang kokoh? Hanya sebatas dinding (Islam) dan atapnya (ihsan)?
Bukan sekadar menggurui,
apalagi merasa paling suci. Mari sama-sama berbenah diri. Mari berjuang bersama
mencapai derajat keimanan dengan hal-hal sederhana yang mudah untuk dilakukan.
Menjaga kebersihan,
contohnya. Mulailah dari hal kecil. Mari bersama-sama untuk menaruh sandal dan
sepatu di tempat yang telah disediakan dengan rapi. Jangan lupa membuang sampah
pada tempatnya. Juga mencuci piring setiap habis makan, dan mencuci peralatan
dapur setiap usai masak.
Tak hanya menjaga kebersihan
tempat tinggal, menjaga kebersihan diri tak kalah pentingnya. Jangan lupa mandi
dua kali sehari. Bila memang pulang kuliah malam hari dan air terlalu dingin untuk mandi, setidaknya berganti
baju, mencuci muka, dan menyikat gigi. Bukankah pepatah mengatakan kebersihan
pangkal kesehatan?
Aku sendiri pun masih
belajar untuk terus meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan. Tegur saja aku
bila aku melailaikan. Jangan lupa untuk saling mengingatkan, toh ini juga
merupakan kebaikan.
Bukankah menjaga
kebersihan itu indah? Dan bukankah Allah itu Indah dan mencintai keindahan?
Catatan: Diri ini
hanyalah insan fakir ilmu dan penuh dosa. Karena ini menyangkut ayat Alquran,
bila terdapat kesalahan dalam penjelasan, jangan segan-segan untuk mengingatkan.
Terima kasih. Wallahu a’lam bisshawaab.
0 comments