• Home
  • About
  • Contact
    • Mail
  • She Talks Football
  • Untuk Nadhira
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram

encyclopedhira

Hari ini, aku dan keluargaku pergi ke kantor imigrasi kota Serang. Ayah juga. Beliau cuti sehari dari pekerjaannya.

Ayah, Bunda, aku, dan Nada mengurusi perpanjangan paspor (karena akan habis masa berlakunya, bukan karena sudah habis lembarannya😂). Sedangkan Najla akan dibuatkan paspor baru untuknya.

Cukup lama kami berada di kantor imigrasi karena banyak yang mengantre. Datang jam 08:30, kami baru keluar jam 11:30.

Sampai di mobil, Najla menangis.

"Abemnya di sini, di luar!"

Oh ya, Abem adalah nama boneka beruang milik Najla.

Ayah menggendong Najla keluar dari mobil sebentar, kemudian masuk lagi.

Mobil pun berjalan. Najla masih menangis.

"Abemnya di sini, di luar!" rengeknya sambil menunjuk kantor imigrasi.

"Kenapa Najla?" tanya Bunda.

"Abemnya di luar, difoto dulu..."

Bunda jelas menahan tertawa.

"Ooh, Abemnya suruh buat paspor juga De? Biar bisa ikut Ade naik pesawat?"

Najla menangguk.

Kemudian Ayah menyeletuk.

"Untung tadi ke kantor imigrasi gak bawa Abem. Kalau bawa, nanti Najla minta difotonya sama Abem."

Aku terkekeh. Dasar adikku yang satu ini.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Berawal dari sebuah pertanyaan: KRITERIA IDAMANMU di Ask fm, yang entah kenapa ingin aku post di sini.

Kuingat saat itu adalah libur akhir semester 3 lalu. Aku dan keluargaku berada dalam perjalanan menuju Bogor, ke suatu tempat dimana aku dan adikku akan menghabiskan waktu selama seminggu.

Bunda sedang getol-getolnya membicarakan tahfidz Alquran. Bunda ingin anak-anaknya menjadi hafidzah. (aamiin)

Tiba-tiba Bunda bicara.

"Kak, pokoknya Kaka kalau cari suami minimal hafalan Alqurannua di atas Kaka. Kalau misalnya Kaka hafal 10 juz, suami Kaka harus hafal minimal 11 juz."

Ini kenapa Bunda tiba-tiba bicara seperti itu, ya? -_-

Kemudian Bunda melanjutkan.

"Nanti calon suami Kaka dites dulu sama Pak Zul (guru ngaji di rumah). Tapi Bunda doain Kaka dapat suami hafidz Quran!"

Masih di saat yang sama, Bunda berujar lagi.

"Kak, kalau Kaka memang gak mau jadi dokter, berarti suami Kaka yang harus dokter!"

Aku, yang tengah duduk di kursi belakang, hanya bisa mengaamiinkan untuk yang terbaik, sambil senyum-seyum gitudeh.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Buka puas bersama, menjadi kumpul terakhir Acafella.

Berisikan game semacam eat bulaga, menebak satu anak Acafella dengan menyebutkan ciri-ciri yang tidak boleh spesifik.

Jika salah menebak, akan mendapat dare.

Dare-nya bermacam-macam. Mulai dari baca Alquran, joget, fashion show, hingga bicara pada Azmi, "Azmi, kita cukup sampai disini saja, ya."

Salah satu anak Acafella menjadi peserta terakhir game ini.

Ia salah menebak. Dan tersisa 2 dare lagi yang bisa dipilih.

Ia membuka satu kertas dare, dan disana tertulis: Bilang ke Nadhira "Nadhira, semangat ya!"

Awalnya ia ragu. Ia dibolehkan membuka kertas dare yang satu lagi. Isinya: Berjalan seperti fashion show, dan di ujungnya berkata, "Gue ganteng kan?"

Ia memilih dare pertama. Bilang "Nadhira, semangat ya!"

Aku disuruh duduk di hadapannya. Agak jauh memang.

Amal merekam ketika ia berbicara, sedangkan Ziyad merekam ekspresiku.

"Nadhira, semangat ya!"

Seketika, seisi kelas langsung heboh.

"Hiw hiw hiw!"

"Aaaah!"

"Ih comeeee!"

Anak-anak perempuan berteriak kegirangan.

Salah satu anak perempuan berteriak, "Weh, bilangin ke itu ya, Nadhira udah move on!"

Aku tak kuasa menahan tawa.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
I-FUN 1437 H. menjadi acara internal terakhir yang diikuti kelasku di penghujung semester 2 TA 2015/2016. Acara ini bertujuan untuk memeriahkan Ramadhan, juga mengisi kegabutan sebelum pulang ke rumah (hore!).

Salah satu lomba yang ada di acara ini adalah lomba masak ta'jil. Dimana pemeran utama dalam masak memasak ini adalah para perjaka kelas. Anak laki-laki ditantang untuk menghidangkan menu buka puasa berbahan dasar kurma. Tapi tenang saja, demi menghindari kegaduhan dan kehancuran peralatan memasak, ditunjuk satu anak perempuan untuk mengarahkan para lekaki.

Acara yang dilangsungkan sore hari ini berlangsung meriah. Bagaimana tidak, hampir semua anggota kelas dari masing-masing kelas ikut menyaksikan proses memasak. Bahkan, dari 22 anggota Acafella, yang tidak datang hanya 1 orang!

Yang pertama datang Muflih, Faris, Amal, dan Arfan. Muflih dan Faris bertanya kita mau masak apa. Sayangnya, yang mengetahui bahan-bahan dan takarannya, yaitu Vara, sedang berkeliling ke rumah guru untuk mencari baskom.

Tak lama kemudian, para pencari alat memasak—Vara, Tyas, Azmi pun datang ke GSG. Bahan-bahan memasak sudah ada di tempat Acafella masak. Ada tepung terigu, maizena, oreo, telur, susu, dan tentu saja kurma.

Vara bilang, campurkan tepung terigu, sedikit maizena, dan telur ke dalam baskom. Faris melakukannya.

"Faris, bisa gak mecahin telurnya?" tanya Muflih.

"Bisa kok bisa."

Tiba-tiba Faris menyahut. "Eh, ini gak ada baking powder-nya?"

Vara pun panik. "Lah, kita udah nulis baking powder kok di daftar belanjaan!"

Aku yang dari tadi diam saja menengok ke kanan dan ke kiri, siapa tahu ada kelas lain yang memiliki baking powder.

Dan aha! Tepat di belakang tempat memasak Acafella, ada yang punya baking powder! Langsung saja kuminta kepada kelas tersebut. Awalnya kelas tersebut menolak, namun aku bilang, "Kalian juga gak bakal pake segini banyaknya kan?"

Akhirnya Acafella mendapatkan 2 sendok baking powder.

Karena peralatan memasak yang minim, pengocokan adonan pun dilakukan dengan cara manual. Literally manual. Pake tangan, bung. Tangan Faris dan Muflih menjadi saksinya.

Sedang asyiknya mengaduk, Muflih bertanya. "Eh, kita ini mau bikin adonan kayak gimana? Kayak donat atau pisang goreng? Kalau donat diaduknya begini, kalau pisang goreng diaduknya begini," Muflih bertanya sambil mempraktikan gaya mengaduk donat dan pisang goreng.

Wow. Bahkan aku baru tahu mengaduk adonan saja banyak caranya. Jeng jeng.

"Kayak donat Pleh," ucap Vara.

Di sisi lain, Amal sedang sibuk memisahkan oreo dan krimnya. Dia menaruh krim oreo di atas tisu dan berkata, "Jangan dibuang ya! Buat gua makan pas buka puasa nanti!"

Sedangkan Arfan berkutat membuang biji kurma. Kali ini semakin banyak anak laki-laki yang datang. Daffa sang ketua kelas dan Syafiq si wakil ketua kelas disuruh memblender kurma.

Arfan menyeletuk, "Syafiq, blender kurmanya sambil senyum ya. Biar tambah manis."

Balik lagi ke tempat adonan. Faris menambahkan susu cair ke dalam adonan, yang kemudian diprotes Muflih. "Weh Ris, kebanyakan!"

Setelah lama mengaduk lagi, Faris pun sadar. "Eh, kayaknya susunya kebanyakan deh. Gimana kalau ditambahin lagi aja susunya, biar jadi adonan pancake."

Aku kena tampar lagi. Bahkan aku tidak tahu macam-macam adonan kue.

Vara mengangguk. Faris menambahkan susu lagi. Muflih dan Faris semakin semangat mengaduk.

Amal sudah selesai memisahkan oreo dan krimnya. Karena oreonya akan dicampur ke dalam adonan, maka oreo tersebut harus dihancurkan.

Tak ada penghancur, otot lelaki pun jadi. Dimasukkanlah oreo-oreo tersebut ke dalam plastik, dan anak laki-laki bergantian meninjunya.

Amil paling semangat bagian tinju meninju. Syafiq juga. Bahkan seorang Aldrin Rama pun tak mau kalah. Semua bergantian meninju oreo dalam plastik tersebut, hingga oreo tersebut benar benar hancur seperti bubuk.

Seperti biasa, setiap lomba masak, apa yang direncanakan di awal akan selalu berbeda ketika pelaksanaannya. Yang tadinya hendak membuat seperti donat, menjadi pancake. Pembuatan saus kurma pun mendadak muncul idenya. Arfan yang mengeksekusi pembuatannya. Dipandu Vara, ia dengan sabar mengaduk kurma yang sudah diblender dengan air dan susu untuk dijadikan saus.

Setelah adonan selesai diaduk, waktunya memasak! Tapi sebelum dimasak, adonan terlebih dulu dicicipi. Beberapa anak perempuan yang tidak puasa berkesempatan untuk mencicipi. Awalnya mereka mencicipi ngumpet-ngumpet. Namun Faris protes.

"Udah gak usah malu-malu, kalau makan ya makan aja!"

Akhirnya yang tidak puasa malah berebutan menyolek adonan. -___-

Urusan masak memasak diserahkan kepada Faris dan Muflih. Dari sinilah kita mengetahui bakat terpendam mereka berdua. Bahkan aku kalah, bro.

Percobaan pertama membuat pancake cukup gagal. Namun seiring berjalannya waktu, Faris dan Muflih semakin lihai membalikkan pancake supaya tidak hancur.

Di tengah-tengah memasak, Faishal datang membantu. Dia bertugas menuangkan adonan ke wajan, sementara Muflih membalikkan pancake yang hampir matang. Faris sibuk membersihkan sampah, karena kebersihan masuk ke dalam kriteria penilaian.

Dhana mempunyai tempat makan berbentuk bulat. Vara mendapat ide. Ia menyuruh Arfan mencetak pancake yang sudah matang namun sedikit tidak berbentuk itu ke dalam tempat makan milik Dhana. Jadilah pancake dengan bentuk bulat sempurna.

Setelah semua adonan dimasak, Amal dan Arfan menata pancake di atas piring. Mereka melakukannya dengan hati-hati.

Tiba-tiba, Arfan bertanya. "Eh, ini ada presentasinya gak? Kalau ada, siapa yang mau presentasi?"

Muflih menjawab. "Syafiq aja. Biar menang."

Syafiq langsung menendang Muflih.

Arfan berkata lagi. "Iya Fiq, lo aja. Nanti pas presentasi senyum ya, biar makin manis makanannya."

Anak-anak kelas pun terbahak.

Waktu sudah habis, dan hari hampir maghrib. Setelah menaruh makanan di meja juri (ternyata tidak ada presentasi, yaah!), anak-anak berebutan membagi sisa-sisa pancake. Karena yang membuat anak laki-laki, maka mereka berhak mendapatkan jatah pancake lebih banyak. Sedang anak perempuan, mendapat lebih sedikit, dan tidak mendapat saus kurmanya.

Adzan berkumandang. Anak laki-laki sudah berada di masjid, sedang anak perempuan berbuka puasa di GSG, sembari merapikan peralatan masak. Kita makan dengan cukup barbar. Namun, kita mengakui, bahwa pancake oreo saus kurma karya anak lelaki Acafella Manalagi cukup enak. (atau mungkin karena lapar?!)

Tadaa! Dan inilah komposisi bahan dari pancake oreo saus kurma ala Acafella, berdasarkan penuturan anak kelas:

1. 400 gr tepung terigu
2. 2 sendok tepung Maizena
3. Susu
4. Telur
5. 2 sendok baking powder
6. Tangan Muflih
7. Tangan Syafiq
8. Kurma, diblender
9. 10 gr tinjuan Amil
10. Sedikit sengatan cinta Rama
11. Keringat Amal
dan terakhir...
12. 5 gr senyuman Syafiq

Tadaa! The result!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ramadhan 1437 H. kali ini insyaallah akan menjadi Ramadhan terakhirku sebagai siswa Insan Cendekia. Tak terasa ya, tahun depan sudah mau lulus saja. Rasanya, baru Ramadhan 2 tahun lalu aku pertama kali masuk asrama, dan sekarang, sudah tinggal di gedung H.

Ramadhan 3 tahun kebelakangan ini bertepatan dengan libur sekolah. Alhasil, liburan pun sedikit bertambah lama. Pun menghabiskan Ramadhan kebanyakan di rumah.

Ramadhan di IC dan di rumah, apa sih bedanya?

1. Ramadhan di IC, jelas tidak bisa menonton iklan sirup M*rjan. Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, bulan Ramadhan belum afdol tanpa iklan sirup M*rjan. Bahkan Alya dan Icha berfatwa (?) bahwa syarat sah bulan Ramadhan adalah iklan sirup M*rjan. Pada dasarnya anak IC yang terlalu kreatif, beberapa kali kita nongkrong di teve yang terdapat di kopinma hanya untuk mencari iklan M*rjan, sampai diprotes Bang Adi karena yang nonton bisa lebih dari 10 orang.

2. Untuk urusan ibadah, aku akui Ramadhan di IC akan selalu lebih produktif. Kalau di rumah sering sekali tertidur setelah sholat subuh hingga bablas berjam-jam, di IC, walaupun habis subuh juga suka tidur—hehe—biasanya ketika asmaul husna dikumandangkan aku sudah terbangun dan baru memulai mengaji.

3. Bahkan beberapa hari terakhir sebelum pulang ke rumah aku mengendap di masjid setelah subuh hingga jam 7 pagi. Jadi, aku sempat melaksanakan sholat Duha di masjid, baru kemudian balik asrama untuk—tidak perlu disebutkan, ya. ^_^

4. Sholat tarawih pun paling enak ya di IC. Imamnya masyayikh Insan Cendekia. Bacaannya tartil, juga pendek. Rata-rata sekitar 1-2 halaman dalam 8 rakaat tarawih. Kalau di masjid dekat rumah, imamnya cepat benar. Padahal, tarawih sendiri berasal dari kata راح yang artinya istirahat. Karena itulah aku tidak pernah tarawih di masjid dekat rumah lagi.

5. Aku sholat tarawih berjamaah dengan keluarga di rumah. Biasanya setelah Ayah pulang dari masjid untuk sholat Isya. Tapi kadang-kadang, kita baru memulai tarawih jam 10 malam, bahkan pernah jam 11 malam. Sudah agak mengantuk huhuhu.

6. Tingkat kerajinan sholat berjamaah di masjid paling tinggi jelas di IC. Subuh, di masjid. Dzhuhur, selalu kuusahakan di masjid. Asar, biasanya juga di masjid (karena sering ketiduran di masjid sehabis sholat Dzhuhur). Maghrib dan Isya, sudah pasti. Kalau di rumah, jangankan di masjid, berjamaah saja jarang. :'<

7. Kalau makan sahur di rumah, bangun tidur-cuci muka-langsung makan. Kalau di IC, bangun tidur-sikat gigi cuci muka-bangunin teman sekamar-ganti baju-jalan ke kantin-baru makan. Jadi di IC sahurnya lebih fresh. (?)

8. Alhamdulillah, 10 hari terakhir Ramadhan selalu diajak orang tua untuk itikaf. Kalau sekiranya 10 hari terakhir Ramadhan kuhabiskan di IC, aku yakin Masjid Ulil Albab pun akan penuh dengan para ahlul masjid Insan Cendekia, hehe.

9. Enaknya Ramadhan di rumah, jelas, bisa kapan saja main laptop, hoho. Apalagi sekarang aku lagi senang membuat digital art. Siang malam kuhabiskan di depan layar laptop, kecuali untuk sholat, ngaji, mandi, bantu orang tua, makan, dan nonton teve, muehehe. ._.v

10. Terakhir. Karena Ramadhan kali ini ditemani oleh Euro 2016, aku bisa menontonnya kapan saja (baca: kalau aku bangun dan teve tidak disabotase Najla). Kalau di IC, lagi-lagi mengandalkan kopinma, itupun hanya pertandingan sebelum jam 10, hahaha. xD

Tapi yang jelas, dimana pun kita melewati bulan Ramadhan, tetaplah untuk memperbanyak ibadah. Allah sudah kasih best offer di bulan suci ini. Masa kita tidak mau mengambilnya?

Ya Allah, sampaikanlah aku pada bulan Ramadhan tahun depan, ya.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bienvenidos, July. Hola.

Whoa, I can't believe it's already July, and the holy month Ramadan will be end soon...

And I'm here, sitting in font of my laptop, in the middle of the night, busy chatting with my Nuney, talking about something doesn't really important duh.

It's the last days of Ramadan, tobat Dhir, tobat. Ke masjid sana, itikaf. Haha.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Nadhira KA, 21. An architecture student who loves photography and proudly be as a Gooner.

Follow Us

  • twitter
  • instagram
  • behance

Categories

  • Nadhira dan Cinta Pertama
  • karena kita; Axiora
  • kehidupan ITB
  • kepingan kenangan

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  November 2023 (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  August 2020 (1)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
  • ►  2019 (5)
    • ►  June 2019 (4)
    • ►  May 2019 (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  June 2018 (2)
    • ►  May 2018 (1)
  • ►  2017 (45)
    • ►  December 2017 (3)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  October 2017 (2)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  August 2017 (1)
    • ►  July 2017 (15)
    • ►  June 2017 (5)
    • ►  May 2017 (14)
    • ►  February 2017 (1)
  • ▼  2016 (39)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (3)
    • ►  September 2016 (3)
    • ►  August 2016 (3)
    • ▼  July 2016 (6)
      • Cerita dari Kantor Imigrasi
      • Kriteria Idaman (Menurut Bunda?!)
      • "Nadhira, Semangat ya!"
      • Pancake Oreo Saus Kurma
      • Ramadhan di IC vs Ramadhan di Rumah
      • Hello, July
    • ►  June 2016 (6)
    • ►  May 2016 (4)
    • ►  April 2016 (7)
    • ►  March 2016 (2)
    • ►  February 2016 (3)
    • ►  January 2016 (1)
  • ►  2015 (46)
    • ►  December 2015 (8)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  September 2015 (4)
    • ►  August 2015 (6)
    • ►  July 2015 (3)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  May 2015 (1)
    • ►  April 2015 (3)
    • ►  March 2015 (5)
    • ►  February 2015 (8)
    • ►  January 2015 (2)
  • ►  2014 (24)
    • ►  December 2014 (7)
    • ►  November 2014 (4)
    • ►  October 2014 (12)
    • ►  September 2014 (1)

Facebook

ThemeXpose