Unsent Letter; 22
Halo.
Lama tak jumpa.
Eh, bukan itu maksudku.
Sudah lebih dari setahun, kita tidak
berada dalam satu (gabungan) kelas lagi.
Kau punya kelas baru.
Aku juga.
Sepertinya kau nyaman di kelas
barumu.
Buktinya kau tidak pernah berkunjung
ke kelasku.
Selalu aku yang mampir ke kelasmu.
Padahal kelas kita berdekatan.
Malah bersebelahan.
Sekali-kali, mainlah ke kelasku.
Oh, kau sibuk ya.
Ketua 1 OSIS pasti sibuk ya.
Mengurus dan memantau divisi-divisi
OSIS keasramaan.
Tidak apa, latihan calon pemimpin.
Walau sibuk, jangan lupa istirahat
ya.
Semoga sehat selalu.
Hei calon pemimpin, ingatkah, bahwa
tahun kemarin kita berkedudukan sejajar.
Kau anggota OSIS, aku pun demikian.
Namun sekarang, kau lebih tinggi
tingkatannya.
Aku hanya wakil koordinator.
Sedangkan kamu wakil ketua 1.
Wakil ketua OSIS lho.
Termasuk BPH OSIS.
Ya ampun, keren sekali.
Oh iya. Aku teringat masa-masa Ultra
Mimi.
Hobiku membully dirimu.
Lucu sekali.
Aku sering memanggil namamu.
Entah urusan itu penting atau tidak.
Tapi, sekarang rasanya sulit sekali.
Bahkan untuk sekadar bilang “Eh,”
padamu.
Padahal setiap pelajaran olahraga
kita berbarengan.
Tahu tidak, semalam aku mendengar
kau berbicara dari asrama.
Aku mendengarmu dengan seksama di
tangga gedung Z.
Aku juga mendengarmu membaca doa
setelah sholat Isya.
Oh iya. Bagaimana nilai UH 1
kimiamu?
Nilaiku hampir mendekati angka 80.
Oh iya. Kudengar nilai UH 1
sejarahmu 92, ya?
Amil pernah cerita sesuatu
tentangmu.
Kau sadar tidak, setiap kali aku
melewati kelasmu, aku sering menengok ke arah mejamu.
Kamarmu di 112 I ya?
Kamarku dulu 112 J lho.
Maafkan aku.
Aku merindukanmu.
2 comments