­

The Differences between Living in House and Dorm

by - February 10, 2015



It’s been more than 6 months since the first time I stayed in holy jail a.k.a dormitory. I had never felt homesick – err maybe just a little miss my parents and sisters teehee. There were so many memories that I had from living in dorm.

A dormitory is a bit different from a house, because you don’t stay with parents in dorm. And the main thing is YOU CAN’T BRING YOUR PHONE, ha-ha-ha. But that’s no problem! Masih banyak hal yang lebih menarik dari sebuah kotak kecil berwarna bergambar berkamera dan berinternet itu. Have you ever felt so close with your friends when phone is around you? It must be no, right. Perhatian kita bakal tersita oleh HP. I know it for sure.

Have you ever felt the hilarious mabit? Menginap sehari di sekolah, seru kan? Chit chat with friends until midnight, atau bahkan gak tidur sama sekali. Seakan-akan tidak akan ada yang habis untuk dibicarakan dengan teman seperjuangan. Belajar bersama, mengerjakan tugas hingga larut malam, saling membangunkan kalau ada teman yang mengantuk, dan lain sebagainya.

Belajar, belajar, belajar. No parents doesn’t mean you don’t study. Apalagi di sekolahku, yang bila kau tidak masuk sehari berasa tidak masuk berminggu-minggu. I’ve felt it. I joined training for facing OSK and left the class for one week. When I entered back to class, I felt what-the-hell-the-lesson-is, especially chemistry lesson. And I hadn’t done some exams. Rawr. Well yeah it happens to me right now. So, doakan aku supaya bisa mengejar materi dengan baik ya. Hehe.

Jika musim ulangan harian, yang terkadang one day can up to 4 examinations, kopi dan mie menjadi teman sejati. But I don’t do that hee. Atau radio maupun music box menjadi penghias belajar mandiri. Terlebih jika musim UTS/UAS, buku-buku dan slide presentasi banyak dibaca di masjid. Tetapi, aku menganut asas masjid-tempat-beribadah-mendekatkan-diri-kepada-Allah-dilarang-membawa-buku hahaha.

Ketika di rumah, saat musim UAS, sekolah pulang siang. Saat jam pulang sekolah aku harus segera kembali ke rumah. Kalau tidak, Bunda akan menasihatiku. Berbeda ketika aku di asrama. Aku boleh pulang kapan saja. Misal, pulang sekolah jam 3 sore. Langsung ke masjid dan melaksanakan sholat Ashar, setelah itu aku bebas untuk ke mana saja. Kembali ke asrama dan mencuci baju, mengunjungi perpustakaan, atau pergi ke koperasi tentu saja dilegalkan.

I’m the kind of kid that most of time staying at house. Aku tidak pernah keluar rumah, apalagi untuk sekedar jalan-jalan bersama teman. Namun di sini, setiap hari aku keluyuran saat malam hari. Of course, I go to masjid everyday hee. Atau mungkin teaching ke rumah guru dekat lapangan. And the way I go there usually dark.

Satu hal yang pasti, jauh dari orang tua tiada enaknya. When I’m down and feel like want to give up, there is no Ayah or Bunda that I can hug and cry on their shoulders. Tetapi, ketika tiada tempat untuk bersandar, selalu ada tempat untuk bersujud. So I pray, pray, and pray the best for me and for them. Eww.

Prinsip ekonomi sangat dibutuhkan when living in dormitory. Mulai dari perencanaan anggaran, hingga penghambur-hamburan anggaran tersisa harus jelas. Maksudnya, aku dituntut untuk bisa mengatur uang. Setidaknya dalam dua minggu, sebelum aku dijenguk kembali oleh orang tuaku, aku harus bisa mengatur uang yang diberikan Bunda dengan baik. Terlebih dengan banyaknya kas yang harus kubayar haha.

The one that I missed so much is watching football ha-ha-ha. Oh I miss my Arsenal that much. I can only know about theirs news from newspapers, or internet if I have time.

With those differences, both of dorm and house have similarity. Both of them are home. Define home; A place where your heart belongs. Kesulitan berada di asrama akan selalu ada, tetapi duka akan selalu dikalahkan oleh rasa suka, rasa nyaman, dimana aku punya keluarga baru di sini, Axiora Vandernata Eternallic, bersama 119 anak lainnya yang insyaallah cerdas, sholeh/ah, dan tentunya unik.

You May Also Like

0 comments